Terakhir kali menulis di blog ini tahun kemarin, 2015, bulan September (yah gak lama-lama amat), usia masih 25. Sekarang sudah 2016, sudah 26 tahun, dan sudah menikah! Halah pake tanda seru segala.
Jadi begini, saya sebenarnya mau cerita banyak. Tapi sayangnya kemampuan menulis dan bercerita panjang lebar yang pernah saya miliki dahulu kala, kini berangsur-angsur menghilang. Yah kita lihat aja nanti apakah tulisan ini akan berakhir singkat atau panjang. hehehe
Dimulai dari usai lebaran tahun 2015, saya lupa tanggal persisnya, pada akhirnya Ndoro datang ke rumah untuk melamar saya. Jangan bayangkan acara lamaran yang gegap gempita. Hehe. Ini mungkin model lamaran satu-satunya yang ada di dunia: dia datang hanya berdua (bersama temannya), sebenernya tujuan utama sih menjemput saya balik ke Jogja tapi yah mungkin sekalian aja ngelamar ke ortu (mungkin begitu maksud Ndoro), hanya ada mamah dan adik saya di rumah (kami masak ala kadarnya, tapi tentu tetap maknyus), lamaran berlangsung santai (kayak ketemu temen yang lama gak ketemu), usai ngobrol tentang rencana pernikahan, saya langsung menuju ke Jogja (gila kan?). Hahahaha.
Mempersiapkan segala sesuatu menjelang pernikahan tidaklah mudah. Apalagi kami dari keyakinan dan latar belakang keluarga yang berbeda. Tapi terpujilah Tuhan semesta alam, semuanya berjalan dengan lancar meski berat dan terseok-seok. Tanggal 11-12-15 akhirnya kami resmi menjadi suami istri. yihaaaa!
Acara pernikahan kami sangat sederhana. Ijab di KUA, syukuran kecil-kecilan di rumah Ndoro di Sidoarum. Hanya ada beberapa teman dekat dan keluarga yang datang. Kami memang berniat tidak mengundang banyak orang dengan alasan males ribet. Rencana foya-foya atau pesta anak muda yang kami rancang pun tidak terlaksana karena suatu hal. Tapi yasudahlah, kami ikhlas dan legawa. Itung-itung hemat untuk kebutuhan usai pernikahan. Cie bijak banget. Hehe. Usai menikah saya sedikit pontang-panting untuk menyesuaikan diri dengan keluarga besar suami. Maklum, selama pacaran saya hanya dikenalkan Ndoro ke Ibuk dan dua adiknya saja. Selebihnya tak ado. Padahal keluarga suami dari Ibuk saja jumlahnya banyak bukan main. Itu belum yang dari almarhum ayah mertua di Lampung sana. Bisa gila kalau ketemu semua. Hmmm.. Ditambah tamu-tamu yang tak kunjung selesai berdatangan sampai beberapa hari usai pernikahan. Niatnya mau nikah dengan tenang, tetep aja enggak tenang. Hehe tapi gak papa, semuanya bisa dilalui dengan lumayan mulus.
Kini saya tinggal bertiga dengan Ibuk dan suami tentu saja. Rumah Sidoarum ini nyaman sekali: asri, luas, rapi, dan bersih. Saya bahkan diijinkan Ibuk untuk menjadikan bangunan kecil di halaman belakang, di bawah pohon rambutan, menjadi bengkel saya. Saya dibuatkan rak, dibuatkan penutup jendela juga oleh Ibuk. Seru deh! Bengkel saya di rumah adalah ruang kerja dan bermain saya. Di sana ada koleksi buku saya dan suami, TV, ampli, meja kerja, perkakas menggambar, dan sebagainya. Mirip kos-kosan lah pokoknya, minus kasur aja. Hehe. Saya suka menghabiskan waktu di sana untuk menggambar, bekerja, atau hanya nongkrong.
Lalu bagaimana rasanya menikah? Hihi, untuk ukuran pengantin baru yang sudah berpacaran 5 tahun dan satu bulanan menikah, kehidupan pernikahan awal-awal bulan ini lumayan menyenangkan. Kenapa? Ya menyenangkan lah, karena akhirnya saya bisa ketemu orang yang saya sayang tiap hari. Dulu waktu pacaran (setelah saya lulus dan kerja terutama) ketemu cuman seminggu sekali dua kali karena kami sama-sama sibuk kerja. Sebagai seorang perindu jelas saya sering tersiksa. Uda kerja capek, gak dapet asupan nutrisi di luar makanan lagi. Heheu. Tapi sekarang saya puas banget bisa ketemu si doi tiap hari, selalu ada orang yang bisa diajak ngobrol bareng langsung (enggak lewat hp), bisa ndusel-ndusel, seru deh. Duh maaf ya geng, namanya juga pengantin baru. :p
Saya bersyukur banget punya suami yang ternyata setelah menikah jadi tambah super lagi. Lebih perhatian, lebih penyayang, lebih sabar, suka menolong yang lemah. :D Saya juga bersyukur punya ibu mertua yang baik dan santai banget kayak di pantai. Bahagia deh. Semoga yang baik-baik ini terus berlangsung tak terbatas dan tak terhingga di kehidupan pernikahan kami dan kita semua. Katakan 'amen', AMEEENN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar