Dulu waktu kecil, tak banyak hal yang membuatku takut. Beberapa hal yang aku takutkan kadang hanya sepele. Takut terlambat sekolah, takut kekenyangan karena bisa muntah, takut hujan karena rumah selalu bocor ketika hujan, takut dimarahi. Sudah. Tapi semakin dewasa, rasanya kok semakin banyak hal yang kutakutkan ya? Cuman aku atau memang semua orang mengalaminya sih?
Kemarin, ketika hendak membeli makan di sekitaran kos, aku memutuskan jalan kaki. Ini jarang terjadi lho, aku kerap menggunakan motor untuk beli makan. Rasanya malas saja, sudah lapar, disuruh jalan kaki, masih harus nunggu makanan dimasak dulu, lalu jalan kaki lagi untuk pulang. Selak mati kelaparan. hehehe. Tapi kemarin itu beda, belum terlalu lapar, dan hari yang sore, hampir magrib, ditambah sehabis hujan rasanya menyenangkan. Akhirnya aku berjalan kaki. Gak terlalu jauh sih, paling seratus meter (ngarang). Berangkatnya masih santai-santai saja, sebab jalanan yang kulewati sepi sekali. Sampai di ujung jalan baru kutemui seorang bapak-bapak belum tua yang sedang teleponan. Pakai singlet dan celana hitam panjang. Kulihat, mau kusenyumin, lha kok matanya melotot seakan-akan mau bilang,"Ape lo liat2?!". Cuekin saja ah, batinku, aku lalu memalingkan pandangan dan melanjutkan perjalanan.
Lingkungan kosku yang baru ini memang sangat berbeda dengan kontrakanku yang lama. Sepi, tak banyak orang dan kendaraan lalu lalang, variasi penjual makanan pun juga minim. Syukurnya dekat dengan toko, bengkel, tukang jahit, rumah sakit, sama kantormu. Ehem ihik.
Pulang dari membeli makan, aku menyusuri jalan yang kulalui ketika berangkat tadi. Karna hari mulai gelap, aku agak was-was. Soalnya di sebelah barat kosanku, masih banyak tanah kosong yang berisi pohon-pohonan, rumput ilalang tinggi, semak-semak. Pokoknya gak jelas gitu. Kalau malam suasananya gelap dan senyap. Aku suka merasa insecure kalau ngelewatin daerah yang gelap, banyak pohon, dan sepi. Beberapa kali lewat di jalan ini selalu naik motor, yang sebel ya suka ada tikus gede banget lewat. Iya, itu salah satu hal yang paling aku takutkan, jijik, dan benci. Asli gak boong!! hih!!
Dan benar saja, tengok sana tengok sini, langkah kaki kubuat bersuara dan berisik supaya tak ada tikus yang tiba-tiba lewat. Eh, lha kok malah liat tikus werog gede banget lagi di semak-semak. Sudah pasti aku terkejut dan buru-buru lari menjauh dari jalan itu. Beberapa meter sebelum sampai kosan, tiba-tiba banyak memori yang bermunculan di kepala. Tentang ketakutan. Kini di usia 24 tahun, banyak sekali yang kutakutkan:
Takut ketinggian. Sempat jatuh ketika panjat tebing, jatuh beberapa kali di anak tangga, dan di tangga bambu, kematian seorang bapak di sekolah kakakku yang hanya beberapa meter dari sekolahku karena terjatuh dari tiang bendera, membuatku suka berpikiran jelek sekali ketika berada di ketinggian dan melihat orang memanjat.
Takut jalan gelap yang sepi. Pernah diikutin orang asing sih di jalan sepi. Tapi untungnya gak kenapa-kenapa. Tambah takut lagi ketika banyak kasus pembacokan misterius di Jogja. Dih, ngeri banget kalau denger cerita-ceritanya.
Takut tikus dalam bentuk apa pun. Besar, kecil, hidup, mati. Selalu terkaget-kaget sekaget-kagetnya kalau nemu di jalan. Tak lupa misuh-misuhnya. DAFUQ
Takut kebelet pipis ketika perjalanan jauh. Bisa gak minum dan rela berhaus-haus ria daripada kebelet pipis dan busnya atau keretenya lagi asik-asiknya jalan.
Takut hantu. Wah kalau ini biasa ya. Tapi bener deh, orang yang pernah punya pengalaman dengan makhluk-makhluk dunia lain pasti punya ketakutan yang sama. Dulu aku gak terlalu percaya dan cuek aja. Sekarang, bisa keringetan dan kaku mendadak kalau ngerasa horror.
Takut ditolak sama ditinggalin orang terkasih. Ya gimana lagi, ditolak dan ditinggalin itu sakit je! sakitnya tuh di sini! (sambil nunjuk2 toket, eh dada :p)
Takut Minthi mogok, takut kesepian, takut sakit, takut sama orang dewasa rese, takut tanggal tua. Hehehe
Aku yakin setiap orang punya ketakutannya masing-masing. Kita gak boleh menghakimi ketakutan orang lain, karena mereka pasti punya alasan dan cerita di balik ketakutannya tersebut. Ada baiknnya membantu orang lain mengatasi ketakutannya bukan mencemoohnya. Tapi kalau takutnya ngeganggu orang lain dan lebay sih omelin aja. Jangan ragu. Hehehe. Oke, cuman mau cerita itu aja. Seneng bisa berbagi ketakutanku yang mungkin cuman satu atau bahkan gak ada orang yang pernah kuceritain. Sekarang jadi tahu kan kalian... cieeeee merasa spesial~~ :p
Kemarin, ketika hendak membeli makan di sekitaran kos, aku memutuskan jalan kaki. Ini jarang terjadi lho, aku kerap menggunakan motor untuk beli makan. Rasanya malas saja, sudah lapar, disuruh jalan kaki, masih harus nunggu makanan dimasak dulu, lalu jalan kaki lagi untuk pulang. Selak mati kelaparan. hehehe. Tapi kemarin itu beda, belum terlalu lapar, dan hari yang sore, hampir magrib, ditambah sehabis hujan rasanya menyenangkan. Akhirnya aku berjalan kaki. Gak terlalu jauh sih, paling seratus meter (ngarang). Berangkatnya masih santai-santai saja, sebab jalanan yang kulewati sepi sekali. Sampai di ujung jalan baru kutemui seorang bapak-bapak belum tua yang sedang teleponan. Pakai singlet dan celana hitam panjang. Kulihat, mau kusenyumin, lha kok matanya melotot seakan-akan mau bilang,"Ape lo liat2?!". Cuekin saja ah, batinku, aku lalu memalingkan pandangan dan melanjutkan perjalanan.
Lingkungan kosku yang baru ini memang sangat berbeda dengan kontrakanku yang lama. Sepi, tak banyak orang dan kendaraan lalu lalang, variasi penjual makanan pun juga minim. Syukurnya dekat dengan toko, bengkel, tukang jahit, rumah sakit, sama kantormu. Ehem ihik.
Pulang dari membeli makan, aku menyusuri jalan yang kulalui ketika berangkat tadi. Karna hari mulai gelap, aku agak was-was. Soalnya di sebelah barat kosanku, masih banyak tanah kosong yang berisi pohon-pohonan, rumput ilalang tinggi, semak-semak. Pokoknya gak jelas gitu. Kalau malam suasananya gelap dan senyap. Aku suka merasa insecure kalau ngelewatin daerah yang gelap, banyak pohon, dan sepi. Beberapa kali lewat di jalan ini selalu naik motor, yang sebel ya suka ada tikus gede banget lewat. Iya, itu salah satu hal yang paling aku takutkan, jijik, dan benci. Asli gak boong!! hih!!
Dan benar saja, tengok sana tengok sini, langkah kaki kubuat bersuara dan berisik supaya tak ada tikus yang tiba-tiba lewat. Eh, lha kok malah liat tikus werog gede banget lagi di semak-semak. Sudah pasti aku terkejut dan buru-buru lari menjauh dari jalan itu. Beberapa meter sebelum sampai kosan, tiba-tiba banyak memori yang bermunculan di kepala. Tentang ketakutan. Kini di usia 24 tahun, banyak sekali yang kutakutkan:
Takut ketinggian. Sempat jatuh ketika panjat tebing, jatuh beberapa kali di anak tangga, dan di tangga bambu, kematian seorang bapak di sekolah kakakku yang hanya beberapa meter dari sekolahku karena terjatuh dari tiang bendera, membuatku suka berpikiran jelek sekali ketika berada di ketinggian dan melihat orang memanjat.
Takut jalan gelap yang sepi. Pernah diikutin orang asing sih di jalan sepi. Tapi untungnya gak kenapa-kenapa. Tambah takut lagi ketika banyak kasus pembacokan misterius di Jogja. Dih, ngeri banget kalau denger cerita-ceritanya.
Takut tikus dalam bentuk apa pun. Besar, kecil, hidup, mati. Selalu terkaget-kaget sekaget-kagetnya kalau nemu di jalan. Tak lupa misuh-misuhnya. DAFUQ
Takut kebelet pipis ketika perjalanan jauh. Bisa gak minum dan rela berhaus-haus ria daripada kebelet pipis dan busnya atau keretenya lagi asik-asiknya jalan.
Takut hantu. Wah kalau ini biasa ya. Tapi bener deh, orang yang pernah punya pengalaman dengan makhluk-makhluk dunia lain pasti punya ketakutan yang sama. Dulu aku gak terlalu percaya dan cuek aja. Sekarang, bisa keringetan dan kaku mendadak kalau ngerasa horror.
Takut ditolak sama ditinggalin orang terkasih. Ya gimana lagi, ditolak dan ditinggalin itu sakit je! sakitnya tuh di sini! (sambil nunjuk2 toket, eh dada :p)
Takut Minthi mogok, takut kesepian, takut sakit, takut sama orang dewasa rese, takut tanggal tua. Hehehe
Aku yakin setiap orang punya ketakutannya masing-masing. Kita gak boleh menghakimi ketakutan orang lain, karena mereka pasti punya alasan dan cerita di balik ketakutannya tersebut. Ada baiknnya membantu orang lain mengatasi ketakutannya bukan mencemoohnya. Tapi kalau takutnya ngeganggu orang lain dan lebay sih omelin aja. Jangan ragu. Hehehe. Oke, cuman mau cerita itu aja. Seneng bisa berbagi ketakutanku yang mungkin cuman satu atau bahkan gak ada orang yang pernah kuceritain. Sekarang jadi tahu kan kalian... cieeeee merasa spesial~~ :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar