Dulu waktu SMA pernah suka sama seorang cowo. Teman sekelas. Sesuai dengan karakterku, menyukai lelaki sepantaran itu tidak biasa. Tapi kalau sampai itu terjadi, berarti lelaki itu benar-benar spesial. Tentu saja spesial menurutku. Gak perlu ganteng ataupun kece seperti lelaki-lelaki lebih tua yang kutaksir, tapi harus menyenangkan. Nah, si Adit ini demikian. Dia teman sekelasku yang menyenangkan.
Waktu itu kelas tiga SMA. Kami bisa dibilang satu geng gitu. Geng gong. Hehehe. FYI, satu geng isinya tiga orang cewek dan dua orang cowok, termasuk si Adit. Yang menarik dari dia? Sebentar, sabaaar. Mungkin aku gambarkan dulu dia secara fisik. Tidak ganteng sih, tidak tinggi juga. Rambutnya lurus, hitam. Kulitnya coklat. Kalau tertawa lucu sekali. Gigi depannya tidak rapi, jadi kadang suka tampak rada mrongos, padahal tidak juga. Orangnya hangat sekali, kayak hape lagi dicas. Hehe.
Dia anaknya sederhana. Motornya waktu itu Honda Astrea jelek. Seragamnya juga tidak putih bersih apalagi dari bahan kain yang mahal. Kupikir memang dari keluarga sederhana. Baru setelah cukup lama kenal dia dan main ke rumahnya, aku baru tahu dia anak orang kaya. Rumahnya besar dan bagus banget. Sempat kaget aja sih, gak percaya. Padahal dia bisa saja tampil kece kalau dia mau, bisa bawa mobil kalau ingin terlihat wow seperti teman-teman borjuis yang lain. Tapi itu yang spesial dari Adit. Dia sangat rendah hati dan sederhana. Dia juga tenang, gak seperti cowok lain yang suka ribut, slengean, sok jagoan, sok kegantengan dan sok-sok yang lain. Emang kelihatan cupu dan gak jantan sih, tapi tetap menarik kok. Lagi-lagi menurutku. HAHAHA. Yang aku suka dari dia, cukup banyak. Selain kalem, tenang, gak pernah kelihatan sedih, dan gak neko-neko, dia itu, lagi-lagi hangat dan perhatian. Aku paling suka ketika kami sedang mengobrol dan bercanda, dan aku sedang melucu atau menggoda dia, dia tertawa sambil mengusap-usap kepalaku, kadang ketika dia begitu gemas, dia tidak segan untuk membuat rambutku acak-acakkan. Dia juga tak jarang merangkulku. Bikin meleleh saja. (seperti anjing, aku selalu suka usapan atau sentuhan di bagian kepala. Suka sekali.) Dan satu lagi, dia selalu harum. Enak sekali baunya. Sempat penasaran waktu itu dengan parfumnya. Baru kemudian kutahu kalau dia pakai parfum Bellagio. Parfum lho ya, bukan cologne.
Dia bahkan punya panggilan khusus buatku, yaitu Yuyup. Sebagai cewek normal yang suka cute little things siapa yang gak termehek-mehek coba? Aku malah lupa panggilan khususku buatnya. Nama kecilnya jika di sekolah sih, Otong. Tapi aku benar-benar lupa nama panggilan kesayangan apa yang kusematkan untuknya. Payah. Dia juga sering mengataiku atau memanggilku "dudut". Rasanya rela saja waktu itu dipanggil "dudut" kalau sama dia, meski jutaan kali.
Oiya, dia pandai sekali bermain gitar. Berbeda dengan kebanyakan teman cowokku yang lebih suka musik rock, dan memainkan distorsi ketika ngeband, si Adit lebih suka lagu easy listening. Dia piawai bermain gitar akustik, petikannya aduhai. Aku suka sekali melihat dia bermain gitar, melihat jari-jarinya menari. Apalagi kalau memainkan musik klasik. Kadang aku suka sok manja minta diajarin petikan atau gitaran lagu-lagu ini dan itu, biar aku bisa melihatnya bermain gitar secara eksklusif, dan dekat-dekatan. Biarin, aku memang hina.
Semakin lama, aku semakin suka padanya. Dan si Adit ini, entahlah. Hingga suatu hari, aku tidak masuk sekolah karena sedang sakit. Sakit biasa sih, demam gitu. Pas lagi tidur-tiduran, si Adit sms. Dia nanya kenapa aku gak masuk sekolah. Seperti biasa dia mengolok-olokku. Aku sih bahagia saja diolok-olok sama dia. Hmft, males. Sampai tiba-tiba kuberanikan untuk bilang 'suka' ke dia. Dengan bahasa yang nyantai sih. Seingatku, aku bilang gini,"Dit, kamu tau gak sih kalau aku suka kamu?" Setelah aku kirim smsku waktu itu, aku langsung nervous, tapi masih terkondisikan sih. Entah, mungkin karena sedang gak enak badan, bisa juga karena aku tahu Adit gak mungkin jahat kalaupun dia gak suka padaku juga. Dan tidak berapa lama, dia balas smsku. Katanya (seingatku), "Iya, pakdheku, tanteku, omku, mamaku, papaku, juga suka aku."
Usai membaca balasan smsnya, aku tidak patah hati atau menangis. Aku justru tertawa. Dan kemudian tidur lagi. Bagiku, itu jawaban paling keren yang pernah aku dapat ketika bilang suka ke cowo.
Esoknya pun kami biasa saja. Masih hore-hore kalau bertemu, masih suka saling mengolok, dan dia masih suka melancarkan jurus mengusap-usap kepalaku dan merangkulku. Aku masih suka ngrampok hp-nya, untuk kubuat mainan dan selfie. Masih suka sok-sok an minta diajarin bermain gitar untuk lagu tertentu.
Hingga suatu hari, aku, beberapa kawan, dan Adit janjian untuk latihan band bersama. Waktu kami sudah kumpul semua, dan Adit belum datang, aku gelisah. Gelisah kangen sebenarnya.Hehehe. Lalu kutanya salah satu kawan, kemana si Adit ini. Lalu kawanku menjawab bahwa Adit nelat karena harus menjemput pacarnya dulu. Hari itu aku patah hati. Tidak sampai membuatku menangis sih, cuman sedih saja karena dia ternyata sudah punya pacar. Dan pacarnya HOT sekaleeeeeee. Hahahaha. Sial. Baru sekarang aku tahu itu yang namanya di-friendzone-in.
Pagi ini entah kenapa, jadi teringat si Adit usai baca komik Sunset on Third Street dan pipis di kamar mandi. Padahal komiknya juga gak ada hubungannya sama dia. Kadang memori dan kenangan suka aneh, suka muncul tiba-tiba seperti mas kos nagih listrik. Trus ya kutulis saja, menarik soalnya untuk diceritakan.
Sekarang, entah sudah berapa tahun tidak ketemu Adit, dan entah kapan juga ketemu dia terakhir kali. Sepertinya pas nunggu ngambil ijazah SMA. Aku bahkan sudah lupa nama lengkapnya. Jadi gagal untuk mencari jejaknya di dunia internet. huhuhu. Semoga dia selalu sehat dan bahagia. Semoga dia selalu jadi Adit yang sederhana, rendah hati, hangat, dan menyenangkan.
Duh jadi kangen sama seseorang yang hangat, sederhana, dan perhatian juga. uhuk keselek mouse. Hehehe.
Selamat hari Minggu ya!
Waktu itu kelas tiga SMA. Kami bisa dibilang satu geng gitu. Geng gong. Hehehe. FYI, satu geng isinya tiga orang cewek dan dua orang cowok, termasuk si Adit. Yang menarik dari dia? Sebentar, sabaaar. Mungkin aku gambarkan dulu dia secara fisik. Tidak ganteng sih, tidak tinggi juga. Rambutnya lurus, hitam. Kulitnya coklat. Kalau tertawa lucu sekali. Gigi depannya tidak rapi, jadi kadang suka tampak rada mrongos, padahal tidak juga. Orangnya hangat sekali, kayak hape lagi dicas. Hehe.
Dia anaknya sederhana. Motornya waktu itu Honda Astrea jelek. Seragamnya juga tidak putih bersih apalagi dari bahan kain yang mahal. Kupikir memang dari keluarga sederhana. Baru setelah cukup lama kenal dia dan main ke rumahnya, aku baru tahu dia anak orang kaya. Rumahnya besar dan bagus banget. Sempat kaget aja sih, gak percaya. Padahal dia bisa saja tampil kece kalau dia mau, bisa bawa mobil kalau ingin terlihat wow seperti teman-teman borjuis yang lain. Tapi itu yang spesial dari Adit. Dia sangat rendah hati dan sederhana. Dia juga tenang, gak seperti cowok lain yang suka ribut, slengean, sok jagoan, sok kegantengan dan sok-sok yang lain. Emang kelihatan cupu dan gak jantan sih, tapi tetap menarik kok. Lagi-lagi menurutku. HAHAHA. Yang aku suka dari dia, cukup banyak. Selain kalem, tenang, gak pernah kelihatan sedih, dan gak neko-neko, dia itu, lagi-lagi hangat dan perhatian. Aku paling suka ketika kami sedang mengobrol dan bercanda, dan aku sedang melucu atau menggoda dia, dia tertawa sambil mengusap-usap kepalaku, kadang ketika dia begitu gemas, dia tidak segan untuk membuat rambutku acak-acakkan. Dia juga tak jarang merangkulku. Bikin meleleh saja. (seperti anjing, aku selalu suka usapan atau sentuhan di bagian kepala. Suka sekali.) Dan satu lagi, dia selalu harum. Enak sekali baunya. Sempat penasaran waktu itu dengan parfumnya. Baru kemudian kutahu kalau dia pakai parfum Bellagio. Parfum lho ya, bukan cologne.
Dia bahkan punya panggilan khusus buatku, yaitu Yuyup. Sebagai cewek normal yang suka cute little things siapa yang gak termehek-mehek coba? Aku malah lupa panggilan khususku buatnya. Nama kecilnya jika di sekolah sih, Otong. Tapi aku benar-benar lupa nama panggilan kesayangan apa yang kusematkan untuknya. Payah. Dia juga sering mengataiku atau memanggilku "dudut". Rasanya rela saja waktu itu dipanggil "dudut" kalau sama dia, meski jutaan kali.
Oiya, dia pandai sekali bermain gitar. Berbeda dengan kebanyakan teman cowokku yang lebih suka musik rock, dan memainkan distorsi ketika ngeband, si Adit lebih suka lagu easy listening. Dia piawai bermain gitar akustik, petikannya aduhai. Aku suka sekali melihat dia bermain gitar, melihat jari-jarinya menari. Apalagi kalau memainkan musik klasik. Kadang aku suka sok manja minta diajarin petikan atau gitaran lagu-lagu ini dan itu, biar aku bisa melihatnya bermain gitar secara eksklusif, dan dekat-dekatan. Biarin, aku memang hina.
Semakin lama, aku semakin suka padanya. Dan si Adit ini, entahlah. Hingga suatu hari, aku tidak masuk sekolah karena sedang sakit. Sakit biasa sih, demam gitu. Pas lagi tidur-tiduran, si Adit sms. Dia nanya kenapa aku gak masuk sekolah. Seperti biasa dia mengolok-olokku. Aku sih bahagia saja diolok-olok sama dia. Hmft, males. Sampai tiba-tiba kuberanikan untuk bilang 'suka' ke dia. Dengan bahasa yang nyantai sih. Seingatku, aku bilang gini,"Dit, kamu tau gak sih kalau aku suka kamu?" Setelah aku kirim smsku waktu itu, aku langsung nervous, tapi masih terkondisikan sih. Entah, mungkin karena sedang gak enak badan, bisa juga karena aku tahu Adit gak mungkin jahat kalaupun dia gak suka padaku juga. Dan tidak berapa lama, dia balas smsku. Katanya (seingatku), "Iya, pakdheku, tanteku, omku, mamaku, papaku, juga suka aku."
Usai membaca balasan smsnya, aku tidak patah hati atau menangis. Aku justru tertawa. Dan kemudian tidur lagi. Bagiku, itu jawaban paling keren yang pernah aku dapat ketika bilang suka ke cowo.
Esoknya pun kami biasa saja. Masih hore-hore kalau bertemu, masih suka saling mengolok, dan dia masih suka melancarkan jurus mengusap-usap kepalaku dan merangkulku. Aku masih suka ngrampok hp-nya, untuk kubuat mainan dan selfie. Masih suka sok-sok an minta diajarin bermain gitar untuk lagu tertentu.
Hingga suatu hari, aku, beberapa kawan, dan Adit janjian untuk latihan band bersama. Waktu kami sudah kumpul semua, dan Adit belum datang, aku gelisah. Gelisah kangen sebenarnya.Hehehe. Lalu kutanya salah satu kawan, kemana si Adit ini. Lalu kawanku menjawab bahwa Adit nelat karena harus menjemput pacarnya dulu. Hari itu aku patah hati. Tidak sampai membuatku menangis sih, cuman sedih saja karena dia ternyata sudah punya pacar. Dan pacarnya HOT sekaleeeeeee. Hahahaha. Sial. Baru sekarang aku tahu itu yang namanya di-friendzone-in.
Pagi ini entah kenapa, jadi teringat si Adit usai baca komik Sunset on Third Street dan pipis di kamar mandi. Padahal komiknya juga gak ada hubungannya sama dia. Kadang memori dan kenangan suka aneh, suka muncul tiba-tiba seperti mas kos nagih listrik. Trus ya kutulis saja, menarik soalnya untuk diceritakan.
Sekarang, entah sudah berapa tahun tidak ketemu Adit, dan entah kapan juga ketemu dia terakhir kali. Sepertinya pas nunggu ngambil ijazah SMA. Aku bahkan sudah lupa nama lengkapnya. Jadi gagal untuk mencari jejaknya di dunia internet. huhuhu. Semoga dia selalu sehat dan bahagia. Semoga dia selalu jadi Adit yang sederhana, rendah hati, hangat, dan menyenangkan.
Duh jadi kangen sama seseorang yang hangat, sederhana, dan perhatian juga. uhuk keselek mouse. Hehehe.
Selamat hari Minggu ya!
2 komentar:
Pahit manis kehidupan cinta remaja memang selalu menarik untuk dibaca. :)
Hai, Mas Adit! :3 Hahaha...baca jawabannya Mas Adit di sms itu mengingatkanku pada Dilan. Ya ampun. :')
Posting Komentar