Aku kehilangan aku. Aku kehilangan banyak hal.
Aku kehilangan kebiasaan watsap, dan chat geje, absurd, gak penting.
Aku kehilangan kebiasaan cerita ngalor ngidul, dari kerjaan sampai gossip, dari yang remeh temeh sampai serius. Aku kehilangan kebiasaan nonton tv dan ngomentarin apa aja yang muncul di tv atau dimana pun. Aku kehilangan kebiasaan berbagi banyak film, membahasnya seusai nonton, atau menontonnya sampai tertidur. Aku kehilangan suara motor dibleyer2 di depan kontrakan, dan suap-suapan saat makan. Aku kehilangan komentar2 tentang napsu makanku, mutalku, kepoku, malasku, gilaku, spontanku, kemayuku, narsisku, dan gejeku gejeku. Aku kehilangan tangan hangat yang kekar dan bertatto yang gemar kuciumi dan kubelai, yang gemar memukul nakal pantatku, menggosok perut atau punggungku saat masuk angin, memijitku, dan yang sering manarikku ke dalam sebuah pelukan. Aku kehilangan sikap angkuh, lucu, kekanakan, manja, mesra, tegas, dan kharismatik. Aku kehilangan ritual makan malam bersama, masak bersama, belanja bersama, jalan bersama, main musik bersama. Aku kehilangan pertanyaan paling nyebelin sedunia yang bikin aku ingin menjambak2 rambut,”Paham gak e Iop?”. Aku kehilangan kebiasaan menertawakan hal2 kecil bersama. Aku kehilangan perang dingin dan berpelukan sesudah baikan. Aku kehilangan kebiasaan mengunjungi tempat makan enak baru, dan jajan ini itu. Aku kehilangan dengkur lembut ketika tidur. Aku kehilangan protes yang datang ketika aku minta dicium berkali2, tapi selalu ada ciuman yang menyusul sesudahnya. Aku kehilangan kata-kata atos. Aku kehilangan kebiasaan dikepoin. Aku kehilangan kebiasaan memainkan bulu kaki, membersihkan komedo atau ketombe. Aku kehilangan kebiasaan memijat, menggosok punggung dan perut dengan minyak kayu putih, ketika ada yang mengeluh begah, mriang, masuk angin, dll. Aku kehilangan kebiasaan mengusapi wajah yang lengkap dengan kumis tipis dan jenggot ketika sedang tidur. Aku kehilangan jargon,” Suter is… Iop”. Aku kehilangan genggaman tangan, cium gemas maupun mesra. Aku kehilangan logat singkek,”Ndak isa, tacik e…”. Aku kehilangan nasehat-nasehat bijak yang muncul ketika aku galau. Aku kehilangan kebiasaan mengagetkanku tentang apapun. Aku kehilangan kebiasaan usil. Aku kehilangan perhatian-perhatian kecil. Aku kehilangan perintah agar aku mandi. Aku kehilangan kebiasaan bermain game bersama, atau hanya menonton seseorang bermain game. Aku kehilangan tong sampahku, pelarianku ketika lelah, bĂȘte, sakit, dan kesepian. Aku kehilangan sentuhan-sentuhan manis di manapun berada. Aku kehilangan tawa renyah, mata lincah, bibir indah. Aku kehilangan partner berdebat. Aku kehilangan tulisan romantis di blog. Aku kehilangan dorongan dan semangat yag sering diberikan ketika aku down. Aku kehilangan performance aduhai yang 3 tahunan ini kugilai. Aku kehilangan rainslasher yang sering mengajakku menerjang hujan. Aku kehilangan punggung dan dada bidang yang hangat dan ngangeni. Aku kehilangan khawatir2 yang sering muncul ketika aku sakit, ada masalah, atau apapun. Aku kehilangan kebiasaan rambutku diacak-acak, ketombeku dibersihkan, rambut pusingku dicabuti. Aku kehilangan kebiasaan mendengarkan lagu atau berdansa bersama. Aku kehilangan kebiasaan merancang masa depan dan bermimpi bersama. Aku kehilangan cemburu-cemburu kecil yang seringkali membuatku berbunga-bunga. Aku kehilangan ritual nonton pertandingan timnas bersama. Aku kehilangan pelajaran2 baru yang akan selalu muncul. Aku kehilangan rumah kesayanganku. Terlalu banyak yang hilang yah ternyata. Dan entah kapan dan dimana bisa kutemukan.
Aku kehilangan kebiasaan watsap, dan chat geje, absurd, gak penting.
Aku kehilangan kebiasaan cerita ngalor ngidul, dari kerjaan sampai gossip, dari yang remeh temeh sampai serius. Aku kehilangan kebiasaan nonton tv dan ngomentarin apa aja yang muncul di tv atau dimana pun. Aku kehilangan kebiasaan berbagi banyak film, membahasnya seusai nonton, atau menontonnya sampai tertidur. Aku kehilangan suara motor dibleyer2 di depan kontrakan, dan suap-suapan saat makan. Aku kehilangan komentar2 tentang napsu makanku, mutalku, kepoku, malasku, gilaku, spontanku, kemayuku, narsisku, dan gejeku gejeku. Aku kehilangan tangan hangat yang kekar dan bertatto yang gemar kuciumi dan kubelai, yang gemar memukul nakal pantatku, menggosok perut atau punggungku saat masuk angin, memijitku, dan yang sering manarikku ke dalam sebuah pelukan. Aku kehilangan sikap angkuh, lucu, kekanakan, manja, mesra, tegas, dan kharismatik. Aku kehilangan ritual makan malam bersama, masak bersama, belanja bersama, jalan bersama, main musik bersama. Aku kehilangan pertanyaan paling nyebelin sedunia yang bikin aku ingin menjambak2 rambut,”Paham gak e Iop?”. Aku kehilangan kebiasaan menertawakan hal2 kecil bersama. Aku kehilangan perang dingin dan berpelukan sesudah baikan. Aku kehilangan kebiasaan mengunjungi tempat makan enak baru, dan jajan ini itu. Aku kehilangan dengkur lembut ketika tidur. Aku kehilangan protes yang datang ketika aku minta dicium berkali2, tapi selalu ada ciuman yang menyusul sesudahnya. Aku kehilangan kata-kata atos. Aku kehilangan kebiasaan dikepoin. Aku kehilangan kebiasaan memainkan bulu kaki, membersihkan komedo atau ketombe. Aku kehilangan kebiasaan memijat, menggosok punggung dan perut dengan minyak kayu putih, ketika ada yang mengeluh begah, mriang, masuk angin, dll. Aku kehilangan kebiasaan mengusapi wajah yang lengkap dengan kumis tipis dan jenggot ketika sedang tidur. Aku kehilangan jargon,” Suter is… Iop”. Aku kehilangan genggaman tangan, cium gemas maupun mesra. Aku kehilangan logat singkek,”Ndak isa, tacik e…”. Aku kehilangan nasehat-nasehat bijak yang muncul ketika aku galau. Aku kehilangan kebiasaan mengagetkanku tentang apapun. Aku kehilangan kebiasaan usil. Aku kehilangan perhatian-perhatian kecil. Aku kehilangan perintah agar aku mandi. Aku kehilangan kebiasaan bermain game bersama, atau hanya menonton seseorang bermain game. Aku kehilangan tong sampahku, pelarianku ketika lelah, bĂȘte, sakit, dan kesepian. Aku kehilangan sentuhan-sentuhan manis di manapun berada. Aku kehilangan tawa renyah, mata lincah, bibir indah. Aku kehilangan partner berdebat. Aku kehilangan tulisan romantis di blog. Aku kehilangan dorongan dan semangat yag sering diberikan ketika aku down. Aku kehilangan performance aduhai yang 3 tahunan ini kugilai. Aku kehilangan rainslasher yang sering mengajakku menerjang hujan. Aku kehilangan punggung dan dada bidang yang hangat dan ngangeni. Aku kehilangan khawatir2 yang sering muncul ketika aku sakit, ada masalah, atau apapun. Aku kehilangan kebiasaan rambutku diacak-acak, ketombeku dibersihkan, rambut pusingku dicabuti. Aku kehilangan kebiasaan mendengarkan lagu atau berdansa bersama. Aku kehilangan kebiasaan merancang masa depan dan bermimpi bersama. Aku kehilangan cemburu-cemburu kecil yang seringkali membuatku berbunga-bunga. Aku kehilangan ritual nonton pertandingan timnas bersama. Aku kehilangan pelajaran2 baru yang akan selalu muncul. Aku kehilangan rumah kesayanganku. Terlalu banyak yang hilang yah ternyata. Dan entah kapan dan dimana bisa kutemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar