Minggu, 18 Juli 2010

mau dibawa kemana pendidikan kita? (dinyanyikan dengan nada ciptaan Armada)

Pagi tadi, sebangun dari tidur, seperti biasa, tempat pertama yang kujambangi bukanlah kamar mandi, melainkan ruang makan yang sekaligus dapur dan bersatu dengan halaman belakang yang terbuka. spot kesayangan di rumah. mamahku sedang memasak. setelah semuanya beres, setelah rohku terkumpul dan tugasku beres, aku dan mamah duduk di meja makan. sambil menikmati entah apa namanya sejenis ubi2an yg ukurannya kecil-kecil dan sedikit berlendir jika dimakan. aku lupa namanya.rasanya gurih dan sedikit nyentrik.. tapi enak.

mamahku sedang membaca sepintas koran KOMPAS edisi minggu. KOMPAS edisi minggu selalu tebal, lengkap dengan rubrik Urban yang menjadi kesayangn mamah. tentang rumah orang-orang penting atau siapapun itu. rumah yang unik gitu deh.. nah! edisi urban KOMPAS kali ini salah satunya membahas tentang rumah seorang komponis kontemporer. Toni Prabowo namanya. intinya, rumah seniman yang satu ini asik. rumah dua lantai yang biasa, tapi dipenuhi perabot yang nyeni dan hiasan-hiasan etnik. lantai bawah merupakan studio yang merupakan tempat kerjanya, lantai atas merupakan kamar. sebenarnya, ini cuman intermezo. karena yang aku ingin bagikan bukan tentang rumah Toni Prabowo ini.

jadi, dari rumah Toni, mamah yang begitu mengidam-idamkan rumah idaman yang nyeni bin asik ini sebenarnya berharap dulu aku kuliah di ITB jurusan desain interior, dari keinginan mamahku yang pupus itu, lalu mbleber (bahasa jawa, menyebar untuk bahasa indonesianya) ke pelajaran seni rupa ataupun ketrampilan di Jepang. Dan karena obrolan kami yang bisa disebut diskusi ini begitu panjang lebar, maka akan kutuliskan dalam beberapa poin saja, supaya lebih mudah dibaca, ini dia:

1.mamahku bilang bahwa pelajaran seni dan ketrampilan, terutama ketrampilan seperti menyulam, menganyam, dll, di Indonesia, kurikulumya sudah mulai ditiadakan. padahal, di Jepang, pelajaran itu justru benar-benar serius diberikan, bahkan difasilitasi secara maksimal dan didatangkan guru yang benar-benar kompeten di bidang itu. di sana, orang yang memiliki ketrampilan tertentu mahal harganya dan sangat dihargai.

2.lalu, di indonesia, kebanyakan guru, terutama di kota-kota mulai beralih ke teknik pengajaran modern berteknologi. mereka cuman memberikan slide-slide power point materi dan lepas tangan. jika listrik mati, mereka bingung, karena tidak menguasai materi yang akan dijelaskan. sedangkan, di jepang, guru mengajar dengan teknologi tidaklah penting, malah kebanyakan dan sepertinya mereka masih memakai papan tulis. guru benar-benar harus menguasai materi. tidak hanya itu, guru dituntut untuk tidak hanya memberikan pengetahuan C1, yang merupakan pengetahuan paling dasar, sejauh pengertian, hapalan dan lain-lain, melainkan dituntut untuk mengembangkan daya pikir anak dengan suatu problem masalah yang bisa dianalisis anak. dan tentu saja tujuan utama pendidikan untuk pembentukan karakter juga harus tercapai.

3.banyak soal-soal ulangan, kurikulum pengajaran, dan metode belajar mengajar di Indonesia membuat para siswa stuck dan tidak berkembang. siswa menjadi pasif, dan terpaku pada pengetahuan yang itu-itu saja, pikirannya terkotak-kotakkan. Seharusnya semuanya dirubah. siswa harus dihadapkan oleh sebuah persoalan yang memaksa mereka untuk berpikir kritis dan mengembangkan daya pikir logisnya. tidak hanya menghapal dan menghapal saja.

4.taman kanak-kanak yang merupakan sekolah paling dasar untuk anak disepelekan di Indonesia. para pengajarnya pun hanya para pengajar lulusan s1 yang setidaknya mau berurusan dengan anak. urusan selesai! sungguh memrihatinkan. padahal justru taman kanak-kanak ini merupakan penentu untuk karakter, kepribadian, dan attitude anak di masa mendatang. pelajaran paling mendasar yang benar-benar harus dimiliki seorang anak harus diterima dengan baik oleh anak didik. dan ini bukan persoalan sepele. staf pengajar harus benar-benar kompeten seharusnya.

5.di Indonesia, nilai akademik merukan hal terpenting. yang nilainya baik, dia yang pintar, yang hebat dan segala macamnya. yang hafal, dia yang hebat. itulah sebabnya mengapa para aparat pendidikan seperti guru, dan di atas-atasnya sering kebakaran jenggot dengan anak yang menyontek, mengepek, copy paste tugas dan banyak lagi. sampai-samapi harus ada polisi dan badan pengawas khusus untuk ujian nasional, harus ada lebih dari 3 pengawas dalam ujian semester perkuliahan, harus dipelototin, digeledah, dan segala macam, semua itu kembali pada kurikulum, metode pembelajaran dan pengajaran, dan attitude yang harus dirombak.

coba bayangkan jika soalnya bukan soal hafalan, tentu saja kita tidak perlu bingung contek sana sini, pengawas tidak perlu takut teledor mengawasi siapa saja yang mencontek atau ngepek. lalu jika tuga kuliah ditulis tangan, mahasiswa tidak mungkin hanya sekedar copy paste dari internet atau punya teman. atapun setidaknya, jika meniru tugas teman pun, dia mau tidak mau akan membaca, dan menuliskannya kembali. itu sudah termasuk belajar kan? aku jadi ingat salah satu dosenku yang senior banget. sudah tua banget. dia selalu memeberikan tugas yang harus ditulis tangan. dan memang sudah jelas tujuan semua tugas yang diberikan harus ditulis tangan.

6. sekolah ataupun univ dan sejenisnya tidak perlu juga dipusingkan dengan seragam yang harus begini begitu, harus berkerah harus berbahan kain, harus sepatu hitam, kaos kaki panjang harus pakai dasi, sarung tangan, rompi anti peluru, masker mulut, dll. asalkan tidak buka-bukaan dan tidak kelewat metal, itu sah-sah saja. yang perlu menjadi sorotan dan perhatian penuh adalah dibalik itu semua, otaknya, pribadinya, pembelajarannya, dan cara pengajaran dan materi pengajar itu sendiri. sekarang banyak sekali para pengajar yang tak bermutu dan hanya ngotor-ngotorin dunia pendidikan saja. sangan memprihatinkan

7. menjadi guru yang berkualitas dan berdedikasi tinggi bukanlah hal yang mudah. seharusnya pemerintah tahu itu. sehingga kesejahteraan guru benar-benar harus diperhatikan. guru harus dihormati dan mendapat kedudukan yang tinggi. dan guru juga seharusnya banyak belajar dari metode pengajaran negara-negara maju. harus terus belajar dan belajar. karena masa depan bangsa ditentukan oleh pendidikan dan moral bangsa.

bagi kita semua, semoga ini menjadi kontemplasi. agar kita tidak terus-terusan tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. agar kita terpacu untuk maju.
jadi, mau dibawa kemana pendidikan negara ini??

2 komentar:

Na mengatakan...

bener, setujuh bangeth.. aku juga turut prihatin sama nasib pendidikan bangsa kita :(

apakah ini akibat kurikulum ? padahal di indonesia banyak sekali anak yang cerdas dan pandai namun tidak mendapat perlakuan yang baik dan sesuai maka bakat dan kemampuannya tersia-siakan..

0_o'

Yovi Amanda Sudjarwo mengatakan...

hehehe..
makasii komennya.. salam kenal!!