Senin, 19 Januari 2015

Kembalinya Anak yang Hilang

Akhir pekan kemarin adalah akhir pekan yang menyenangkan. Salah satu hal yang membuatnya berkesan adalah karena kembalinya si 'anak yang hilang'. Si 'anak yang hilang' ini adalah kawan baikku. Meski suka mutung, hatinya sangat baik. Kami sering pergi bersama, kadang hanya berdua, kadang bersama kawan yang lain, ke mana saja. Lebih sering makan bersama. Dia ahli sekali soal kuliner nyelempit. Dan aku suka sekali makan enak dan dibawa pergi ke mana saja. Semakin jauh semakin senang. Apalagi jika aku belum pernah ke tempat itu sebelumnya. Itulah latar belakang pertemanan kami. Jalan-jalan jauh, untuk makan enak. Meski tentu juga tidak jarang bahwa kami, satu sama lain sering minta ditemani untuk urusan di luar jalan-jalan dan makan-makan.

Beberapa waktu yang lalu ia sempat menghilang. Yang kutahu, dia mutung padaku karena menurutnya aku hanya menghubunginya ketika butuh. Meskipun tentu saja aku tidak pernah punya maksud demikian. Sejak kutahu dia mutung denganku, aku tak pernah menghubunginya. Tentu aku juga dongkol karena aku dianggap seperti itu. Tapi aneh, berbeda dengan orang lain yang dia mutungi, sesekali aku masih dihubunginya. Terakhir kali, dia justru ke kontrakanku, minta tolong untuk mengobati lukanya, karena dia habis jatuh di jalan.  Singkat cerita, tak lama setelah ia menghilang dariku ia juga menghilang dari teman-teman yang lain. Tak ada yang tahu ada apa dengannya  dan ke mana dia. Paling kami hanya dengar kabar sedikit bahwa dia sedang berbisnis. Tapi selalu tak jelas.

Setelah acara menghilang yang cukup lama dan misterius, kami dipertemukan kembali. Waktu itu untuk acara jagong nikahan kakak kelas di luar kota, dan yang terakhir kemarin hari Minggu. Hahaha lucu saja sih. Ketika dia datang ke kosku, aku masih kucel belum mandi, sedang menikmati me time dengan makan gudeg basah dan menonton ulang Running Man tanpa bosan. Tak lama kami basa-basi menanyakan kabar, dia mengajakku makan. Aku yang masih kenyang karna baru saja selesai makan gudeg basah tentu saja enggan. Tapi tak tega juga sama doi yang belum sarapan sedari pagi. Akhirnya aku mau menemaninya makan, ke mana saja terserah, asal aku tak perlu mandi dulu. Hehehe, hari libur meeenn.

Dia bilang bahwa kami akan makan di tempat yang sangat jauh. Dan aku menyanggupi. Dia bilang aku tidak boleh mengeluh karena sudah menyanggupi. Sial, dipikir sini tukang ngeluh pa ya. Anyway, kami akhirnya meluncur. Sepanjang jalan aku bertanya-tanya dalam hati, ke mana aku mau dibawanya. Sampai perempatan ringroad selatan jalan paris, aku bertanya,"Kita mau ke Mbah Marto po?" Dia bilang enggak, lebih jauh lagi, katanya. Aku tanya lagi,"Aku udah pernah?" Dengan yakin dia menjawab belum. Oke fine. Karena aku suka kejutan. Aku manut saja. Anteng.

Agak salah kostum karena aku mengenakan celana pendek dan sepatu sandal karet. Aku tidak menyangka bahwa selatan saat itu cukup panas. Lumayan meringis nahan panas sih. Tapi tetap aja stay cool dalam perjalanan. Untung juga pemandangan kanan kiri adalah hamparan sawah hijau yang menghanyutkan. Masuk Kabupaten Bantul aku mulai rileks, suka sekali suasana jalan raya utamanya. Banyak sekali pohon yang menaungi. Jadi ingat, pertama kali aku lewat jalan rindang Bantul itu adalah dengan seseorang. Melarikan diri dari Jogja yang penuh abu paska erupsi merapi untuk menuju Pantai Samas. Seingatku itu adalah hari terindah sepanjang hidup. Hehehehe

Mungkin karena sudah sangat lapar atau karena jalanan sepi, kawanku ini memacu motor kencang sekali. Aku sempat ketakutan, dan memegang pundaknya. Berdoa dalam hati semoga kami bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat. Dan syukurlah, kami sampai di tempat tujuan dengan selamat. Warung Makan Pak Wid, spesial bebek goreng, ayam goreng, dan menthok. Di situlah aku mengenal bebek goreng terenak yang berbeda dari bebek goreng yang pernah kumakan. Cukup garing, tapi tidak terlalu kering. Dagingnya lembut sekali, gurih, dan yang unik ada rasa manis yang muncul setelah dikunyah. Maaf ya, jangankan kalian, aku yg menulisnya saja tersiksa. Entahlah kapan lagi bisa ke sana.

Suasana warung Pak Wid yang sejuk dilengkapi pemandangan hijau sawah menyempurnakan menu makan siang kami. Usai makan, kami ngobrol ngalur ngidul. Akhirnya aku tau ke mana saja kawanku selama ini. Setelah cerita panjang lebar, aku baru ngeh kalau ternyata kami punya satu kesamaan. Sama-sama sensi soal janji. Hahaha. Cuman bedanya dia bisa mengekspresikan kedongkolannya pada seseorang yang mengingkari janji dengan jurus mutung dan menghilangnya. Sedangkan aku, hah! cuman bisa memendam, sok-sokan bilang yawis gpp pada diri sendiri dan orang lain, padahal tenggorokan rasanya kayak kejepit pintu. Mungkin kelak umurku tidak bisa panjang mengingat kebiasaan jelek yg satu ini. heuu~

Pulangnya, setelah hampir kering dan kemripik karena disengat matahari di selatan, sampai Gejayan kami diguyur hujan super deras. Padahal sedikit lagi sampai kosan. Kawanku hanya membawa jas hujan egoisnya. Walhasil aku basah kuyup. Tapi entah kenapa menyenangkan sekali acara hujan-hujanan kemarin itu. Sampai kosan aku mandi besar. Lalu melanjutkan cerita-cerita kami yang lain lagi.

Ketika hujan mulai reda, dan hari sudah sore dia pamit pulang. Senang rasanya anak yang hilang kini sudah kembali. Senang juga weekend ini berjalan seru dan tidak sepi karna ada seorang kawan menemani. Semoga dia selalu baik-baik saja, semoga tugas akhirnya sukses. Amin.