Kamis, 19 Desember 2013

"Saya" bukan "Aku"

Sudah hampir dua puluh empat tahun, dan saya, masih kaget, belum bisa menerima, atau mungkin tidak percaya bahwa di hidup ini banyak hal yang aneh, kotor, dan mengerikan terjadi. Ada bapak-bapak muda kaya yang ngehe, doyan jajan, dan sok segalanya. Ada intrik politik kotor yang menjijikkan. Ada pemuda desa yang sok berkuasa dan memuakkan. Ada lirik lagu murahan tentang perselingkuhan. Ada orang yang entah kenapa suka sekali ngomong kasar dan main tangan. Ada mbak-mbak desperado akan jodoh, dan nyinyir menyindir. Ada percintaan beda agama yang mau kawin aja ribet naudzubillah. Ada film-film akan rilis tapi gagal, karna diprotes sana sini. GILA.

Rasanya sedih, rasanya ngeri. Rasanya enggan tahu yang seperti itu. Tapi gimana mungkin, semua terjadi di sekitar kita. Seringkali di depan mata. Mungkin selama ini saya menutup mata, terlalu naif, cuek, terlalu asik dengan dunia sendiri. Pembelaan saya: tentu saja, hidup di dunia yang kita buat sendiri itu lebih menyenangkan. Kadang saya malas menjadi dewasa karena terlalu banyak intrik dan kerumitan yang sebenarnya tidak harus terjadi. Kalau banyak uang lalu kenapa? Kalau sangat pintar lalu apa? Kalau punya dan bisa segalanya trus mau apa? Kalau saya Kristen, kamu Islam, salah? GILA.

Kenapa musti ribet, kalau ada yang sederhana? Kenapa musti ini itu, kalau sudah bisa makan teratur, menuntut ilmu, tidur nyenyak, menyayangi, disayangi?

Mungkin saya belum siap jadi dewasa. Atau belum cukup dewasa. Atau bisa jadi saya sama ngehe dan soknya dengan bapak-bapak muda tadi. Bisa jadi juga saya stress dan gila. Ya bisa jadi. Tapi jujur, saya sudah bahagia dengan hidup saya sekarang, yang sederhana. Meski harus jual gitar untuk ikut kursus TOEFL, sebab skor yang gak berkembang. Meski sudah dua bulan kerja geje tanpa dibayar. Meski Minthi minta diserpis mulu. Meski, pada akhirnya masih saja duit orang tua yang turun tangan, di usia segini (hiks). Meskipun, meski-nya banyak. Tapi saya bahagia. Karena itu berarti, Tuhan masih memberikan kesehatan dan rejeki pada orang tua saya. Saya juga masih punya kamu yang begitu baik, setia, dan tulus hati (saya sangat bersyukur untuk yang satu ini), saya juga punya adik yang kuliah di Jogja, sehingga dengan begitu saya bisa rutin ke gereja. Saya juga punya kakak, teman, mantan, yang baik dan perhatian. Saja juga masih punya banyak waktu untuk menggambar, dan masih diberi kesempatan untuk memberi untuk orang di sekitar.

Jadi, bersyukurlah, berbahagialah! Untuk hal-hal kecil yang sudah kita miliki, yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Dan jagalah itu baik-baik.
Hehehe. Ngomong apa, Yop?
Ngomong tuwo!
Lagi PMS. Sensi! :)) 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terussss bernyanye! Tak pernah patah hateee! Asal kao menang ku bahagya.... ooooo ...oo..... ooooooooo. Oooo......ooooo....ooooo...oooo terusss berrrrntanye! Tak pernah patah hate!