Selasa, 17 Agustus 2010

Kenangan Masa Kecil (Bagian III)


Kenangan Bareng mamah

Sebenernya bingung apa saja kenangan masa kecilku bareng mamah. Karena kalau diinget-inget, dipaksain nginget-inget, aku cuman punya sedikit kenangan masa kecil dengan mamah. Ada banyak alasan. Tapi meskipun begitu. Aku tetep punya beberapa kenangan masa kecil yang tak terlupakan dengan mamahku. Dan berjuta kenangan indah mulai remaja sampai sekarang  dengan mamahku juga tentu saja.
1.      Masa balitaku, sedikit terlantar. Hahaha. Bahasanya itu lho. Mamahku repot banget. Harus kerja, ngurusin rumah, ngurusin kakakku yang uda mulai sekolah, dan gak ada pembantu. Aku dititipkan ke mbah putri dan mbah kakung di Kudus. Aku sering main dokter2an ama mbah kakung. Aku sering ikut pergi mbah kakung en mbah putri senam ama kawan-kawan mereka. Aku nemenin dan memerhatikan setiap kegiatan mbah kakung. Ngebengkel, main biola, sumpah! Kenangan yang ini membuatku terharu kuadrat dikuadratin lagi. Aku selalu terpesona dengan permainan biola mbah kakung. Aku sekarang bĂȘte kalau inget, kenapa mbah kakung nggak ngajarin aku main biola, dan kenapa biolanya yang diberikan ke aku udah gak bisa dipake. Dan tambah merasa hancur, aku sekarang gatau dimana keberadaan biola kenangan itu. Damn kampret banget. Kenangan yang kelewat indah. Sialan, mau nangis! Kangen! Banget! Tapi yang aneh, ketika mbah kakung sedha, ketika aku memandangi tubuhnya di peti, aku merasa asing. Aku merasa biasa saja. Aku merasa asing. Mungkin karena mbah kakung terlalu lama sakit dan aku terlalu lama tidak mengunjunginya. Menyesakkan. Hinanya aku.

Sedangkan mbah putri, beliau selalu dengan sabar ngurusin aku, ngerawat aku yang mungkin nakal dan penyakitan. Aku dulu sering banget muntah. Muntah kalau kekenyangan, nangis, dan beberapa alasan tak terjelaskan lainnya. Setiap hari muntah yang jelas. Tapi mbah putri sabar banget, beliau malah seringkali mijitin aku. Bisa-bisanya yah mereka ngerawat aku dengan sabar?? Hahaha. Love them deeply sure!! Oiya, kembali ke mamah. Jadi, setelah lama aku dirawat oleh mbah putri dan mbah kakung, mamah datang untuk menjemputku. Kalau cerita yang ini aku memang gak inget. Tapi mamah berunglang kali menceritakannya ke aku. Kenangan menyakitkan buat mamah sepertinya. Karena, ketika mamah menjemputku, bahkan aku yang saat itu masih kecil dan terlalu lama dirawat oleh mbahku tak mengenali mamahku lagi. Sampai mamah yang setengah menangis berkali-kali berkata dan meyakinkanku,”ini mamah nok, inget gak?” Kampret! Mau nangis lagi! Maaf yah mah.. muah! Itu kenangan indah, sekaligus menyakitkan buatku, dan mamah.
2.      Ini juga cerita dari mamah, karena aku masih terlalu kecil untuk tahu semua ingatan ini. Waktu aku baru lahir, tahun 1990, banjir bandang menimpa kota semarang. Waktu itu malah dijadikan bencana nasional saking besarnya dan begitu banyaknya korban. Mamah masih tinggal dengan “yang Kis” panggilan untuk nenekku dari papahku. Alias masih tinggal ama ibu mertuanya. Mamahku cuman bisa menangis, takut, sambil menggendongku dan meyakinkan pada diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, bencana itu akan segera berlalu. Dan mungkin bencana itu pulalah yang menyebabkan penyakitku yang satu ini: doyan muntah akud. Entah bagaimana teorinya, tapi mungkin kondisi lembab Semarang yang pasca banjir bandang memberikan efek tertentu pada tubuhku yang masih terlalu kecil dan rawan. Sejak balita, hampir setiap hari aku muntah dengan berbagai alasan yang tadi sudah kusebutkan dan dengan beberapa alasan tak terjelaskan. Mamahku seringkali menghajarku. Memarahiku. Karena begitu lelah membersihkan bekas muntahanku, mencuci semua hal bekas muntahanku, sprei, baju, menjemur kasur. Sampai kamar berbau apek dan tak sedap. Kasiyan banget yang jelas mamah, capek lahir batin kayaknya. Maaf yah mah!!
3.      Aku udah mulai sekolah. TK kayaknya waktu itu. Dan belum ada pembantu. Aku diantar jemput pak becak kalau sekolah. Dan kalau pulang, aku biasa di rumah sendiri. Atau gak main ke tetangga sebelah. Tapi suatu kali, aku di rumah sendirian. Kakakku entah dimana, kayaknya belum pulang dari sekolah. Trus hujan turun deras banget, aku ketakutan, aku di kamar, nangis. Trus tiba-tiba ada suara pintu diketuk. Dan manggil-manggil aku. Ternyata tetangga sebelah. Jemuran yang di depan rumah sudah diambilin sama tetanggaku itu, trus aku diajak ke rumahnya, dikasih beberapa jajanan, diajak main. Baik banget lah tetanggaku itu yang jelas. Aku di rumahnya sampai mamah dan kakakku pulang. Mamahku sampai kasian ke aku.
4.      Aku di rumah sendirian lagi. Lupa waktu itu aku kelas berapa. Yang jelas, kayaknya belum ada pembantu deh. Lalu mamah nelpon dari kantor. Bilang kalau pulang telat, dan aku disuruh masak nasi dengan beberapa intruksi untuk masak nasi via telpon. Itu pertama kalinya aku masak nasi, dan gagal. Takaran airnya kebanyakan. Waktu aku buka rice coocker, jadinya berantakan banget. Padahal lampu magicjernya udah nyala. Aku ketakutan banget waktu itu. Hujan pula! Aku benci hujan waktu aku di rumah sendirian! Akhirnya, aku ambil tas kresek hitam, lalu aku ambilin semua nasi tak jadi itu, lalu aku buang ke tong sampah di luar rumah sambil sedikit hujan-hujanan. Abis itu nangis. Waktu mamah pulang, yang kukira mamahku akan marah, ternyata mamahku malah geli dan terenyuh kasiyan ama aku. Lalu aku diajarin cara masak nasi yang bener, directly.
5.      Flash back lagi, aku belum sekolah, udah ada pembantu. Dan aku benci saat2 ketika mamahku akan berangkat kerja. Aku membuntuti mamahku kemanapun ia pergi. Ke dapur, ke kamar, ke depan kamar mandi. Aku memerhatikan setiap kegiatan yang mamahku lakukan sebelum berangkat kerja. Dan sewaktu mamahku akan berangkat, aku berkaca-kaca. Dan ketika mamahku sudah berangkat. Aku cium tangannya, aku peluk, lalu aku mewek. Dan begitulah yang kulakukan setiap hari. Menyedihkan, melepaskan mamahku pergi bekerja, dan aku harus seharian menunggu mamahku pulang, di rumah, bersama pembantu.
6.      Aku sering ditemenin belajar sama mamah waktu SD. Dan aku seringkali nangis waktu belajar. Bukan karena mamah marahin aku yang gak ngerti tentang pelajaran. Tapi karena aku beberapa kali gak ngerti tentang beberapa pelajaran matematika. Aku selalu takut aku gak bisa. Aku selalu sedih kalau aku gak ngerti dan gak paham sama pelajaran yang satu itu. Matematika!
7.      Aku dan kakakku patungan buat beliin kado ultah buat mamah. Kami beli kasetnya Anggun C. Sasmi waktu itu. Mamahku suka banget Anggun. Surprisely and romantic, aku dan kakakku. Hahahaha.
8.      Yang satu ini memang bukan kenangan masa kecil. Tapi aku sertakan karena ini kenangan yang indah sekaligus lucu. Jadi begini, aku sering banget pergi lihat konser music sama mamahku, yah selain sama pacarku tentu saja. Kami, aku dan mamahku, datang ke beberapa konser music yang diselenggarakan free tapi berkelas di kota semarang. Hahaha. Aku sudah SMA, dan diselenggarakanlah konser akbarnya Padi. Fascinated concert! Lautan manusia! Aku dan mamahku tapi beruntung dapet tempat agak di depan. Dan ketika konser mulai berjalan dan lagu-lagu Padi mulai dimainkan, penonton terbawa, termasuk aku. Aku menggemari Padi, a lot! Aku punya album2nya, aku hapal lagu2nya. Dan aku lupa lagu apa waktu itu, tapi yang jelas aku bersama penonton lainnya, kecuali mamahku mulai lompat-lompat sambil nyanyi. Lalu tiba-tiba mamahku berkata,”kamu lompat-lompat sekali lagi, tak tinggal lho nok..” mungkin mamah malu atau apa, tapi batinku,”what?!! Yang bener aja!! Lagunya lagi asik gini, masak diem aja! Gak asik banget!” Tapi beberapa waktu kemudian, (tolong diperhatikan baik-baik bagian ini saudara-saudara, ini paling menarik!) aku mendapati mamahku ikut lompat-lompat, jingkrak-jingkrak, sambil nyanyi teriak-teriak sama seperti penonton lainnya!!! She was absulately ROCKS that time!!! Hahaha!! Unforgetable concert that I ever had!! Ditutup dengan pesta kembang api!! Fuckin great!!

Sampai saat ini. Semua kenanganku bersama mamahku, adalah harta termahal yang aku miliki. Love you mamah gajah!!!!!


masih bersambung lho!... hehehe


2 komentar:

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

wheleh2,, pernah kecil juga to?? :D

Yovi Amanda Sudjarwo mengatakan...

hahahah
ya pernah lah mas.. bisa aja nih masnya..