Sabtu, 14 Agustus 2010

Kenangan Masa Kecil (Bagian II)


Mungkin aku sekarang jarang ketemu papah. Mungkin sewaktu remaja, aku begitu benci sama papahku. Mungkin aku tak pernah merasa begitu dekat dengan papahku atau malah merasa aku seperti tak punya papah saja. Tapi bagaimanapun, ternyata aku punya banyak kenangan masa kecil bersama papahku yang indah dan tak terlupakan. Jadi bagaimanapun, aku bersyukur dianugerahi seorang papah. Akan kubagikan beberapa kenangan itu pada kalian.
KENANGAN BARENG PAPAHKU.
1.      Waktu pertama kalinya aku sekolah, masuk Taman kanak-kanak, aku berangkat sendiri tanpa diantar mamah ataupun papah. Aku cuman dianterin oleh bapak tukang becak bersama becaknya ke sekolahku, awal semua kenangan akademis berlangsung. Sesampai di sekolahan, pak becak cuman bilang,”udah sampai dek, itu sekolahanmu..” dan aku dengan perasaan asing carut marut memasuki gerbang, berjalan tanpa tujuan. Bingung. Aku gatau harus ngapain dan kemana. Kelasku yang mana, temenku siapa aja, siapa guruku, apa yang harus kulakukan. Aku bingung! Lalu dengan kecuekan masa kecil tingkat tinggi dan ketegaran yang setegar-tegarnya tanpa menangis, aku berjalan keluar, meninggalkan sekolah. Aku pulang dengan berjalan kaki. Tapi, dalam perjalanan pulang, aku mendapati papahku yang ternyata menyusulku. Papah mengayuh sepeda ontel, kaget melihatku, lalu memboncengkanku dan membawaku kembali ke sekolah. Dan aku dikenalkan dengan sekolah baruku. Taman kanak-kanakku yang menyenangkan minta ampun.
2.      Aku pergi bersama papahku, hanya berdua ke Jakarta. Naik kereta waktu itu. Dan kami menginap di rumah Pakdhe (kakak papahku). Aku lupa dalam rangka apa aku ke Jakarta. Tapi kayaknya dalam rangka menjemput mbah putri deh. Aku diajak ke pasar, naik angkot, bajaj, dan keliling2 jakarta. Aku diajak melihat kereta api lewat di dekat rumah pakdheku ketika hari masih benar-benar pagi. Rasanya menyenangkan waktu itu.
3.      Papahku sering mengajariku banyak hal. Menembak (pake bedhil –pistol yang panjang—waktu itu), makan pakai sumpit, membuat simpul dasi, mengendarai sepeda dan sepeda motor, permainan sulap dengan kartu remi, bermain catur, membuat pedang-pedangan, memancing, dan lain-lain. Yang jelas semua hal yang bersangkutan dengan psikomotorik, papahku yang mengajarkannya. Tapi sungguh disayangkan, aku tidak diajari berenang dan cara menyetir mobil.
4.      Tiap ada acara kondangan atau makan-makan, papahku tak pernah absen mengambilkanku makan, bahkan sampai aku sudah besar.
5.      Papahku sering memasak untuk kami makan (aku, kakakku, adikku) kalau mamah sedang gak bisa masak. Untuk ukuran seorang cowok, papahku lumayan juga.
6.      Waktu aku ulang tahun, entah ulang tahun ke berapa, aku seneng banget waktu papahku membelikanku sekotak besar coklat. Coklat kesukaanku. Dan aku memakannya sedikit demi sedikit, gak rela kalau cepet habis.
7.      Walau kasar, dan suka membentak, papahku gak pernah sedikitpun memukulku, begitu pula kakak dan adikku.
8.      Aku tahu banyak makanan yang aneh-aneh dari papahku. Dan tahu banyak tempat dan daerah dari papahku.
9.    Pernah, suatu kali, ketika aku masih kecil banget, ketika papahku sedang merokok, aku bertanya,”pah, gimana sih rasanya ngrokok?? Enak gak?? Aku nyoba dong!” Trus papahku menyodorkan rokoknya seraya berkata,”cobain aja nih..” Seketika itu juga aku mencobanya. Lalu aku bilang,”kok gak keluar asepnya sih pah??” “Ya diisep lah!”, jawab papahku. Lalu kuhisaplah rokok itu dalam-dalam, baru setengah menghisap, tenggorokanku rasanya gak karuan minta ampun, kayak disengat apa, kayak keracunan apa. Aku langsung batuk-batuk gak ketulungan. Papahku ketawa. Aku benci rokok!!!
10.  Waktu adikku lahir, semua perhatian jadi pindah ke adikku, dan aku mulai merasa jauh dari papahku. Dan semenjak hubungan mamah dan papah yang tidak harmonis tentu saja.
(aku dan papahku)
11.  Setidaknya aku masih punya banyak kenangan masa kecil yang indah bersama papahku, walau hanya masa kecil, dan walau hanya sejenak. 
Bersambung....

Tidak ada komentar: