Selasa, 20 Oktober 2009

DITELAN MALAM [9 oktober ‘09]

Dalam sekumpulan nafas yang tersengal

Dalam rentetan gurau dan racau

Bahkan kantuk tak sanggup menghilang

Berjalan, lurus, lalu memutar. Begitu terus.

Mengoceh kesana kemari ditemani asap rokok yang berlarian

Apa intinya? Hanya ditelan malam yang siap menjelma siang

Sial!

1 komentar:

bato mengatakan...

STATIS(tika)

sembari lalu, menghitung detiknya
di serambi, mereguk kopi
dengan lamunan,
seraya bersenandung, mirip desah
sembari lalu, menghitung detiknya
menjadi menit, lalu hari
saat malam, siang lagi
tetap di serambi,
kini tanpa kopi, tanpa lamunan,
tak lagi bersenandung, yang mirip desah
tapi kini teriak, berkoar tanpa rima,
tetap saja walau teriak,
sembari lalu,
tetap masih menghitung
kini apa lagi?

bato,_ 05Jan’09Senin-pulang dari Jokjah