Kamis, 03 Juni 2010

sebuah siang, sebuah berita, sebuah keluarga

mamahku sms, membalas smsku yang sebenarnya sudah 2 hari lalu kukirim. biasa saja. lalu kami mengobrol. masih biasa saja. namun, pada menit-menit selanjutnya, mamah bertanya apakah aku memberikan nomor hpnya ke papahku. langsung kubalas "tidak..." Sms berikutnya membuatku sedikit bingung, geli, dan tak percaya. kata mamah, papahku mengajak balikan. kayak anak muda yg abis putus aja pikirku. hahaha. aku tak merespon. entahlah, aku suka aneh merespon sms. apalagi jika berisi kalimat berita, rasanya malas kubalas. tapi, heeiiii!! ini mamahku! beritanya pun bukan berita biasa. kenapa denganku? mungkin aku kaget dan bingung. iya. bingung. tapi tak mau kuambil pusing. ahh.. bukan perkara besar..

siangan lagi, mamahku sms lagi. menanyakan pendapatku tentang peristiwa papahku itu. kenapa aku tak merespon berita itu. apakah aku setuju? bagaimana menurutku? karena kata mamah, kakakku sudah memberikan pendapatnya.
aku balas dengan singkat. aku bilang bahwa harusnya mamah sudah tahu jawabanku. karena aku sudah sering bilang dan tulis di blog. aku bahagia dengan keadaan yang sekarang. dengan mamahku, adikku, kakakku. tanpa papahku. aku nyaman. dan aku tahu persis begitu juga mamahku, adik dan kakakku. tapi, tentu saja, keputusan terakhir ada di tangan mamah.

lalu, tiba-tiba aku penasaran dengan pendapat kakakku. dan kutanyakan itu ke mamah. bagaimana pendapat kakakku. ternyata lebih ekstrim. dia bilang "gausah". hahaha. dasar anak itu.

sejenak kupikir, aku mungkin jahat juga yah ke papahku yang jelas-jelas punya niatan baik dan menyesal dengan kesalahannya. apalagi, aku ingat benar sekitar 2 tahun yang lalu, aku yang bilang ke mamah kalau aku sudah tak tahan tinggal dengan papah. walau sebenarnya mamahku sudah punya niatan yang sama. tapi bukan berarti aku tidak memaafkan papahku atau tak menyayanginya. dan ini tidak sesederhana itu. yang jelas, kami telah memilih hidup kami. hidup kami yang ternyata lebih membuat kami bahagia dan nyaman.

dan begitulah. mamahku hanya sebatas ingin bertanya pendapat kami anak-anaknya. karena toh mamah sebenarnya sudah tahu jawabannya. sebelum kami memberi jawaban pun, mamahku sudah punya jawabannya sendiri, mamahku tak bisa, mamah meminta papah untuk segera mengurus perceraian.

aku lega, sekaligus resah. ini akhir, dan juga awal.
semoga semua baik saja. Amin.

Tidak ada komentar: