Kamis, 01 April 2010

patah hati vs jatuh cinta

Entah kenapa, puisi yang dibuat karena patah hati dan rindu lebih indah ketimbang puisi jatuh cinta, itu menurutku. Begitu pula untuk lagu. Aku tidak pernah bisa membuat lagu ketika jatuh cinta. Dan hanya satu buah lagu yang berhasil kubuat ketika sedang patah hati. Hahaha. Walau cuman satu, tapi itu bukti konkrit bahwa patah hati lebih menyita banyak perasaan ketimbang jatuh cinta, membuat orang produktif juga ternyata.

Tapi, jika harus memilih, tak akan ada orang yang memilih patah hati, walau seproduktif apapun efek yang dihasilkannya. Tahu dong mengapa??

Mungkin beginilah teorinya, jika kita bahagia, buat apa kita susah payah melakukan sesuatu hanya untuk menjadi pelampiasan ataupun sekedar pelipur lara. Apa yang mau dilipur?? Mengapa harus dilampiaskan?? Toh kita sedang bahagia.

Beda halnya dengan patah hati. Jika perasaan yang sedang tidak karuan itu tidak kita salurkan, lampiaskan, keluarkan, entah kejadian macam apa yang akan terjadi akan menimpa kita maupun orang lain.

Ada lagi perbedaannya. Karya yang dibuat orang yang sedang jatuh cinta, biasanya tujuannya hanya sekedar supaya orang lain tahu bahwa ia sedang jatuh cinta, sedang bahagia. Itu saja. Hanya sekedar informasi. Lebih ke pamer sebenarnya. Sedangkan orang yang sedang patah hati, dia lebih sentimental. Dia ingin orang lain ikut merasakan perasaan yang sedang ia rasakan. Tidak sekedar tahu, tapi ikut merasakan, ikut patah hati, ikut sedih, ikut sakit lewat karyanya. Mungkin itu menjadi salah satu penghiburan bagi si patah hati. Agar dia tidak sendirian dalam merasakan nelangsanya patah hati. Mencari teman untuk berbagi. Begitulah teorinya. Setuju boleh, tidak juga taka pa.

Sebenarnya pesannya, tetap berkaryalah, baik yang sedang jatuh cinta maupun patah hati!!

1 komentar:

rini ganefa mengatakan...

tulisan yang dihasilkan dari hati yang patah selalu punya 'roh'dan efek dari kehadiran 'roh' itu luar biasa. tulisan yang dibuat dengan keterlibatan hati 'yang luar biasa' selalu punya daya 'magis' bagi pembaca. saya yakin yang pernah mengalaminya pasti mengiyakan. permasalahannya, apakah hati kita harus patah? tidak! tapi buatlah 'patah' secara sengaja dengan sering mengasah dan berempati pada segala sesuatu di sekitar kita.