Jumat, 26 Maret 2010

“kenalkan, saya guru les yang baru…”

Sebenarnya bukan seperti itu perkenalan kami, atau pertemuan kami yang pertama. Antara aku dan murid les privatku. Saat itu, Tya, itu nama panggilannya, justru duduk membelakangiku, dan asik dengan kegiatan menggambarnya. Padahal temanku Fafa, sekaligus guru lesnya sebelum aku, sedang memberikan les privat padanya. Nahlo! Baiklah aku gambarkan suasana malam pertama aku datang untuk melihat dan mempelajari situasi les privat yang harus aku lakukan nanti, setelah Fafa berhenti.

Malam itu, aku lupa hari apa. Aku dan Sita sudah janjian untuk melihat cara mengajar Fafa waktu dia memberikan les privat, sekaligus perkenalan begitu. FYI, aku dan Sita adalah guru les yang akan menggatikan Fafa. Dengan beberapa pertimbangan, taraaa!! guru lesnya berubah menjadi dua. Sita di bagian MIPA , dan aku semua pelajaran selain MIPA. Salah satu alasan pembagiannya adalah kesibukan Sita dan latar belakang jurusan kami. Sita anak IPA dan aku anak IPS. Yah begitulah..

Tibalah kami di rumah Tya, yang ternyata juga dipakai sebagai kos-kosan atau bagaimana aku juga bingung. Kami masuk lorong yang cukup sempit diantar oleh seorang pria yang sampai saat ini aku juga belum tahu kejelasan statusnya (kawin atau belum?? Hha, tentu saja bukan status yang itu). Bukan lorong yang terlalu panjang. Kamar Tya ada di sisi kanan. Lalu kami masuk, dan hmmm.. thanks God, kamarnya sejuk, lebih ke dingin sebenarnya, ber-AC gitu. Maklum,aku adalah anak kos, jarang merasakan suasana kamar yang dingin karena AC, karena hanya ada kipas angin kecil di kamar kosku, dan hanya bisa merasakan sejuknya AC saat kuliah, ke gereja, dan jalan-jalan ke mall. Di rumah pun tidak pasang AC. Iya iya, silahkan kalau mau bilang katrok, ndeso, kampung atau semacamnya. Minimal aku akan tersinggung. Hash! Kembali ke topik.

“Ya, ini mbaknya yang ngelesin dateng”, kata pria tak jelas statusnya tadi.(masih aja dibahas yah?? ;D)

Lalu kami melihat dua orang gadis. Gadis yang pertama berambut panjang, kulitnya sedikit gelap, cukup manis, memegang sebuah buku paket dan membacakan salah satu bab pelajaran, suaranya empuk dan meneduhkan, mirip penyanyi, cukup umur untuk jadi guru les. Benar sekali! Itulah Fafa, temanku yang akan segera pensiun. Sedangkan gadis yang kedua, duduk menyamping, kulit terang, rambut sedikit pendek di atas bahu, cukup tinggi, semampai, dan mukanya asik menghadap meja belajar, gosh! Ternyata dia malah sibuk menggambar ketika Fafa sedang berusaha keras menerangkan. Sabar yah Fa… hehehe aku dan Sita saling pandang. Sepertinya si Tya sedang bad mood. Setiap ditanya atau disuruh baca, jawabnya ketus: “gak tahu, gamau, ahh.. aku tuh masih ngantuk baru bangun tidur tadi”. Waktu si Fafa Tanya,”emang tadi bangun jam berapa?”, Tya menjawab,” jam setengah tujuh”, lalu si Fafa rada dongkol dan bilang,” ini kan udah jam setengah delapan, kok masih ngantuk dan males-malesan gitu sih?” dan bla bla bla… Rrrrr. kadang kepalanya di atas meja, malas-malasan. Aku dan Sita cuman liat-liatan dan cekikikan. Sesekali aku memraktekkan orang yang jengkel dengan mengepalkan tangan dan berlagak ingin memukul dari belakang, kadang hanya mengelus dada. Lagi-lagi, sabar yah Fa… (padahal, nantinya, kamilah yang seharusnya sabar menghadapi murid les kami yang manis ini)

Jika si Tya sedang kambuh dan mulai jutek, si Fafa hanya senyum melihat kami dan mulai merayu anak itu untuk belajar lagi. Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa guru harus mengalah, sabar, pandai merayu.

Waktu si Fafa memperkenalkan kami pun, dia tak acuh, memandang aku dan Sita pun tidak. Dia tetap asik degan aktivitas menggambarnya. Jadi begitulah awal pertemuan kami yang tak berkesan (sama sekali). Tapi kalau dipikir-pikir, berkesan juga sebenarnya sih. Karena aku jadi merasa tertantang sebagai guru les privat. Cailaah.. aku terpacu dalam melodi! Melodi semangat pembaharu! (mulai out of topic bego!)

Hari ini adalah hari perdanaku sebagai guru les yang baru. Selasa, 13 Maret 2010. Aku disms Fafa untuk datang ngelesin jam 7 malam, karena ternyata hari Rabunya si Tya UTS (ujian tengah semester) Matematika dan bahasa jawa. Aku hanya disuruh ngelesin bahasa jawa karena si Fafa gak bisa bahasa Jawa. Jadi aku yang saat itu sedang hanging out sama temen-temen jadi santai. Tapi capek juga kalo dipikir-pikir, seharian pergi dan belum istirahat. Akhirnya aku memutuskan untuk meminjam motor ke mbak Eka, salah satu mbak kosku.

Berangkatlah aku, sedikit grogi, tapi santai kayak di pantai.. sesampainya di sana, ternyata masih ngelesin. Aku menunggunya selesai sampai jam setengah sembilan. Malam itu acara ngelesinnya berjalan lancar. Tya sedang good feeling sepertinya. Dia juga cukup memerhatikan apa yang aku ajarkan, yaah, walaupun masih asik dengan kegiatan menggambarnya. Sampai jam Sembilan lebih, aku mengakhiri, dengan menawarkan bantuan jika si Tya butuh bantuanku kapan saja, tinggal sms saja ke nomorku. Dan kenyataan yang cukup pahit di hari pertama kerjaku adalah: dia tidak tahu namaku! Huah! Kemarin dia tidak memerhatikan ternyata, waktu si Fafa memperkenalkan aku dan Sita. Yah.. gapapa deh…

Hari kedua aku ngelesin, hari Jumat, 14 Maret 2010. Hari Rabu, Kamisnya libur, karena si Tya libur juga di sekolahan, kelas tiganya pada try out UAN, begitu katanya. Tidak seperti hari Selasa yang lalu, malam ini dua jam full aku harus membimbingnya belajar. Dan itu tidak selancar hari pertama. Waktu aku minta dia membaca, dia gak mau. Waktu kuminta dia menyimak apa yang kubacakan, dia juga tidak mau. Dengan nada yang tenang tapi cukup dalam aku berkata,” suruh baca gak mau, suruh nyimak gak mau, trus maunya apa?” Seketika itu juga wajahnya kayaknya langsung berubah, dan dia berkata,” ahh, aku ngantuk!! Udah ahh!!” Siiiing…. Aku langsung shock dan sadar kalau aku salah bicara, salah banget niihh… haduhh.. akhirnya dengan berjuta rayuan dan bujukan, aku berhasil mengembalikan moodnya. Dia kembali mau belajar dan mulai sedikit-sedikit mau bicara, bahkan cerita.

Kuceritakan sedikit tentang muridku ini. Dia anak yang nyentrik dan sedikit jiwa pemberontak ada di dalamnya. Dia anak terakhir dari tiga bersaudara, dan dua kakaknya sudah pada menikah. Dia sangat suka menggambar, sekaranng sedang suka menggambar anime, dan pelajaran yang paling disukainya adalah pelajaran seni rupa. Selebihnya tak ada. Aku banget! Aku suka sekali seni. Suatu kali dia meminta melihat buku gambarku, dibuka-bukanya, dilihatnya satu persatu, dan satu gambar wajahku yang kugambar dengan krayon disukainya. Aiiihh… aku jadi malu! Hahaha. Dia ingin ambil jurusan desain jika kuliah nanti, entah desain apa. Dia tipikal anak yang mempunyai kecerdasan audio. Dia benci membaca. Dia belajar dengan metode mendengarkan, dia akan menyuruh Mbak Wiwik (yang bantu-bantu di rumah) untuk membacakan pelajaran yang akan diujikan, dan dia akan menyimaknya sekaligus menghapalnya. Cara belajar yang jarang dilakukan. Tapi aku mulai menerapkannya, dan memahami pribadinya. Dia benci ilmu sosial, dia benci politik, dia rada tomboy dan keras. Menarik. Salam kenal yah, Tya… Mohon kerjasamanya..

Tidak ada komentar: