Rabu, 17 Februari 2010

menyala dalam gelap

Di tempatku sedang mati lampu. Ini sudah keempat kalinya dalam beberapa jam ini. Dan bukanlah hal yang aneh lagi bagi kami, anak-anak penghuni kos ini.
Kosan kami memang agaknya sering membuat mangkel dengan daya listriknya yang tidak sesuai dengan kebutuhan kami. Bayangkan jika setiap kamar harus menyalakan alat-alat elektronik untuk kebutuhan masing-masing, tapi daya listriknya tidak memadai? Semua jadi terhambat, tugas terhambat, mandi terhambat (karna butuh listrik untuk menyalakan air), atau entah apapun kegiatan kami, semua jadi terhambat. Aku yang hampir dua tahun tinggal di sini sudah tidak ambil pusing dengan keadaan ini, yah.. walaupun ini sangat merugikan. Tapi beginilah, cuek memang kealianku.

Tiba-tiba terbersit, bagaimana yah kalau dunia ini tak ada cahaya apapun? Gelap gulita? Dan lalu mata pun menjadi tak berguna tanpa adanya cahaya sama sekali. Ngeri kan?
Karena sebenarnya mata kita dapat melihat benda karna ada pantulan cahaya dari benda ke mata. Atau entah bagaimana teori logisnya. Jadi, tanpa cahaya, sepertinya tak akan ada kehidupan. Itulah mengapa Tuhan menjadikan terang dan gelap sebagai ciptaan pertamaNya. Brilliant sekali yah Tuhan itu?

Tapi entah mengapa, gelap membuat hatiku menjadi lebih teduh dan nyaman. Sedikit curhat sebenarnya. Haha. Karena suasana hati yang seringkali suram akhir-akhir ini. Jenuh dengan rutinitas sepertinya. Dan gelap membuat semuanya menjadi menyenangkan. Kenapa kata menyenangkan yang aku pilih yah? Tapi iya kok, gelap yang kurasakan saat ini adalah gelap yang menyenangkan sekarang. Aneh yah?



Rapat.
Gelap yang merapat.
Tapi tidak menyesakkan.
Dingin seperti mint. Dan sejuk bagai air.
Aku mau bernyanyi, dalam gelap, bukan yang menyergap, tapi yang merapat.
Merapatlah gelap…


1 komentar:

dwi wahyu arif nugroho mengatakan...

duh kasihan banget kosmu..
mknya pada bayak listrik..he9