Rabu, 17 Februari 2010

Hari Jadi

Tanggal 5 Januari yang lalu, bukan kebetulan, aku berhari jadi. Aku menjadi gadis 20 tahun. Dan ternyata rasanya biasa saja. Hanya terkadang merasa agak sedikit tua. Yaah.. wajarlah, dari gadis belasan menjadi gadis ‘berkepala dua’.
Aku adalah orang yang cukup sensitif untuk masalah hari jadi. Apalagi sekarang. Nanti akan kuceritakan beberapa cerita yang menyebabkan perasaan sensitifku itu muncul. Tahun ini, adalah tahun keduapuluh, dan aku merasa aneh, betapa hebatnya pemeliharaan Tuhan atas hidupku. Lewat orang-orang pilihannya, seperti mama, kakak, adik, papa, pacar dan teman-temanku, aku dibentuk oleh-Nya. Itu sebuah anugerah, kawan.

Dan inilah beberapa cerita mengenai hari jadi. Hari jadiku, hari jadi seseorang, dan hari jadi orang yang kukenal.

1.5 januari 1997. Hari jadiku yang ketujuh. Inilah hari jadiku yang paling sempurna. Masa kanak-kanak yang membahagiakan. Ada perayaan, banyak kado, banyak ucapan selamat, banyak kue, banyak teman, dan banyak tawa. Saat itu, bagiku, hari jadi adalah hari yang membahagiakan, yang harus special, dan banyak hadiah. Hari itu, tanggal itu, tahun itu, aku bahagia. Karena aku berhari jadi.

2.Setelah hari jadiku yang ketujuh, aku selalu merasa, hari jadi merupakan hari yang penting dan special. Dan memang, beberapa tahun setelahnya, hari jadiku seringkali nyaris sempurna, walaupun tidak sesempurna saat usiaku tujuh tahun. Terutama pada saat hari jadiku yang kesebelas. Aku duduk di kelas enam SD waktu itu, dan beberapa anak lelaki sekelasku memberiku kado. Gosipnya, mereka menyukaiku. Hahaha. Cinta monyet begitu. Sepulang dari sekolah, senyumku teramat manis (sepertinya), mataku berbinar, dadaku membuncah, dan semua ciri kebahagiaan ada di dalamku, dalam diri seorang kanak enam SD.

3.Yang ini aku lupa, hari jadiku yang keberapa tepatnya. Yang jelas, aku mulai beranjak dewasa dan mesti berbesar hati dan berpikiran luas, bahwa tak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Dan hari jadiku kali itu, cukup menyadarkanku. Merusak gambaran masa kecilku mengenai hari yang special dan penting. Karena mamahku sempat lupa hari jadiku. Sampai akhirnya, aku mengingatkannya secara tidak langsung, dan mamahku minta maaf, menyesal. Aku sedih, kecewa, aku tak terima.

4.Teman baikku saat kelas satu smp. Fatma Elsa Yolanda namanya. Felsa panggilannya. Ia berhari jadi. Dan aku sangat ingin memberinya sebuah kado. Namun aku tak punya cukup uang untuk membeli kado special tersebut. FYI, aku tak pernah meminta uang kepada orang tuaku untuk keinginanku pribadi. Akhirnya, kuputuskan memberikannya sebuah barang yang kumiliki yang masih baru dan belum pernah kupakai. Dan barang itu kubungkus dengan kertas kado special buatan kakakku. Nyeni menurutku. Dan pada hari jadi Felsa, kuberikan kado itu. Aku tak menyangka bahwa reaksi kawanku itu akan sebegitu menyenangkannya. Aku bahagia, melihat kawan baikku itu bahagia atas pemeberianku. Alangkah indahnya..

5.9 november, mamahku berhari jadi. Dan aku lupa persisnya tahun berapa itu. Yang jelas aku sudah cukup besar untuk mencari kado dan memberikannya di hari special mamahku. Aku selalu ingin memberi sesuatu yang special untuk orang yang special. Dan kuberitahu sesuatu, aku masih smp waktu itu. Dulu, sebelum ini terjadi, aku pernah bekerjasama dengan kakakku untuk memberi mamahku kado di hari jadinya. Dua anak yang begitu sayang mamahnya. Namun yang menyedihkan, di kala aku memberikan kado yang benar2 sudah kusiapkan dengan special untuk mamahku, mamahku tidak menghargainya. Kadoku lalu hilang, yang tersisa hanya bungkus kado yang dianggap mamahku bagus, dan kartu ucapannya. Aku kecewa, karena hari jadi mamahku.

6.Mulai SMA, aku mulai takut akan hari jadi yang menyedihkan, takut tak ada yang special, takut tak ada ucapan selamat dari orang-orang tersayang. Lalu aku berubah, aku yang meminta ucapan selamat dari teman-temanku. Aku tak mau kecewa karena menunggu ucapan yang tak kunjung datang. Aku takut kecewa. Hehehe, aneh ya? Tapi, itu pula yang mamahku ajarkan. Jangan menunggu jika kamu takut dikecewakan. Mulailah terlebih dahulu, tak ada salahnya. Dan mulai saat itu, di hari jadiku, aku datang ke sekolah dengan riang dan mulai menyapa teman-temanku dengan kalimat:” eh, hari ini aku ulang tahun lho!!” Lalu temanku mulai tertawa dan mulai mengucapkan “selamat ulang tahun yah, yov..” Walaupun hanya dengan cara begitu, aku tetap bahagia!

7.Saat kuliah, aku punya seorang kekasih. Dia tak begitu tertarik pada hari jadi. Dia pernah bilang bahwa tak ada yang tahu tepatnya kapan ia berhari jadi. Hanya aku yang tahu katanya. Tanggal lahir di KTPnya pun tidak valid. Aneh memang pacarku yang satu itu, mantan sekarang. Hehehe. Satu hari sebelum dua bulanan kami berpacaran, dia berhari jadi. Dan sangat disayangkan, kalau justru di hari jadinya, kami harus putus. Tapi aku tetap memberinya sebuah kado, yang sangat special, salah satu kadonya aku buat dengan susah payah. Tapi sama seperti mamahku di hari jadinya yang terdahulu, mantan kekasihku itu mengecewakanku. Entahlah..

8.Dan di hari jadiku yang ke-20, aku dikecewakan. Oleh seseorang yang kusayangi. Aku tak mendapat ucapan selamat secara langsung, tak ada surprise, jangankan kado, melihat batang hidungnya pun tidak. Aku tak tahu apa alasan persis mengapa dia begitu. Yang jelas, traumaku akan hari jadi belum sembuh.

Jadi, begitulah beberapa cuplikan tentang hari jadi yang beberapa diantaranya membuatku trauma, atau mungkin sedikit benci akan hari jadi. Tapi selalu ada pelajaran yang penting yang dapat kita ambil: bukan perayaan, ucapan, kado, kue, atau semua perniknya, tapi bagaimana hari jadi dapat menjadi tolok ukur kedewasaan. Dan yang terpenting, seberapa rasa syukur kita atas pemeliharaan-Nya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

AAAAAA... YOVIII... TERHARU AKU BACANYA... KANGEEEN...HIIKS :(