Jumat, 08 Januari 2010

Kado Natal Terindah

Ini berawal dari pikiran yang mengganggu waktu tidurku, setelah perbincangan kami. Dan kuputuskan untuk menulisnya saja, dan menunda tidurku.
Perbincangan kami muncul pada suatu malam, tepatnya beberapa hari setelah natal, dan tentu saja beberapa hari menjelang tahun baru. Oke, baiklah, sepertinya itu tidak terlalu penting.
Aku, mamahku, tanteku, dan budheku. Kami terlibat dalam sebuah perbincangan mengenai sebuah hubungan yang terjalin antara pria dan wanita. Dan mudah ditebak, akulah yang paling muda di antara mereka, paling tidak berpengalaman tentu saja, dan mungkin, paling lugu. Oke! Kalau soal itu aku mengaku kalah. Tapi tak selamanya seorang muda selalu salah, kalah, dan sebagainya. Semoga kalian semua setuju.
Bagi mereka, lelaki harus memiliki modal yang cukup jika dia sudah berani mengajak seorang wanita untuk menjalin suatu hubungan. Berpacaran istilah kerennya. Terutama jika lelaki tersebut telah memiliki pekerjaan. Itu aku sangat setuju. Namun, yang aku tak suka, mereka menganggap bahwa lelakilah yang harus menanggung semua pengeluaran. Apa salahnya seorang wanita sesekali memberi sesuatu yang spesial untuk kekasihnya, mentraktir kekasihnya makan, membelikannya pulsa, dan sebagainya?? Seringkali ini disebut gengsi seorang wanita yang tidak ingin selalu dianggap hanya mau dan bisa menerima saja, tapi terlepas dari itu, ada point penting yang harus digaris bawahi. Karena Bapaku di surga mengajarkanku; “terlebih memberi daripada menerima”. Karena cinta itu memberi. Terlalu idealiskah? Sepertinya tidak.
Begini saja, aku ingin menanyakan sesuatu.
“bagaimana perasaanmu saat orang memberimu sesuatu?” dan kebanyakan orang akan menjawab, “senang”.
Lalu, pertanyaan lain terlontar,” bagaimana rasanya memberi orang lain?” dan kebanyakan orang akan menjawab,” tentu saja senang”.
Jika kau pernah diberi dan memberi, kau akan tahu bahwa kadar rasa senang antara memberi dan menerima itu berbeda. Betapa senangnya dirimu jika melihat orang lain, terutama orang yang kamu cintai senang, apalagi karna pemberianmu. Itulah kelebihan memberi.
Ini yang kurasakan. Betapa bahagianya aku, ketika melihat temanku, mamahku, kekasihku bahagia atas pemberianku, atas apa yang aku lakukan untuk mereka. Jangan selalu menuntut untuk diberi. Jangan selalu menunggu pemberian. Karena di saat kita mencintai seseorang dengan tulus, pasti selalu ada keinginan untuk memberi , dan itulah pelajaran berharganya. Hanya, memberilah.
Jadi selama kita mampu memberi, berilah yang terbaik untuk orang lain, terutama orang yang kita kasihi. Jangan pikirkan siapa orang yang kita beri, apa yang sudah mereka lakukan terhadap kita. Karena memberi memerlukan ketulusan hati. Memberilah karena kita ingin memberi. Karena kita ingin orang lain bahagia. Sebab sangatlah membahagiakan jika melihat orang lain bahagia. Dan percayalah, Tuhan menyukai itu.

Pengalaman itulah yang ingin kubagi, dan agar tidurku bisa nyenyak tentu saja. Karena aku mendapat kado terindah natal ini. Bukan hanya barang-barang yang selama ini aku idam-idamkan, tapi juga pelajaran berharga tentang memberi.
Selamat natal. Selamat memberi. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: