Senin, 09 Februari 2009

antara tetralogi dan dwilogi

Pramoedya Ananta Toer dengan tetraloginya- Bumi Manusia, dan Umar Kayam dengan Dwiloginya- Para Priyayi dan Jalan menikung.

aahhh
aku baru sampai buku ketiga dari tetralogi Pram, Jejak langkah. dan sampai sekarang belum selesai juga. Sedangkan dari dwilogi Umar kayam, baru kuselesaikan buku pertama, Para Priyayi.

sejauh ini aku bisa sedikit menyimpulkan. Mereka mempunyai sedikit persamaan. Tulisan mereka memang menceritakan kehidupan bangsa indonesia pada zaman penjajahan. tapi pada sudut pandang yang berbeda.

pram.
Dia menampilkan kehidupan bangsa Indonesia dari sudut seorang keturunan bangsawan. Anak seorang bupati. Yaitu minke. Pram lebih menekankan sejarah bangsa indonesia pada zaman itu, tapi berbeda dari buku sejarah yang lainnya. dia menampilkan secara sastra. itu yang menarik. Pram menyajikan bahwa pribumi pada zaman itu tidak memiliki nilai. mereka tidak boleh sekolah. hanya beberapa yang boleh sekolah. itu pun cuma laki-laki. wanita sangat tertindas kalau kita bandingkan dengan zaman sekarang. para wanita tidak boleh mengurusi urusan selain dapur. tidak boleh menengadahkan wajah jika sedang berbicara kepada seorang suami, apalagi dengan orang yang memiliki kedudukan di atasnya. pram ingin menunjukkan betapa memprihatinkan masyarakat pribumi yang masih terbelakang, terjajah, tak memiliki nilai, tak bisa baca tulis, miskin dan bodoh pada zaman itu. dan melalui minke, betapa seorang tokoh seperti mingke memiliki cita-cita luhur untuk membantu bangsanya, keluar dari keterbelakangan dan keterpurukan ini. seorang mingke yang sangat tidak 'jawa', yang sekolah di sekolahan bangsawan, dan diajarkan tentang semua pelajaran serta tata aturan bangsa eropa. yang selalu mengagung-agungkan bangsa eropa.
sampai pada akhirnya ia sadar, ia adalah anak yang dilahirkan di Hindia Belanda. yang seharusnya membela tanah airnya. dari situ dia berjuang dengan berbagai cara untuk membangun bangsanya. Pram juga menceritakan sejarah berdirinya berbagai organisasi di indonesia. sedikit membosankan, jika kita tak begitu suka dengan sejarah memang. tapi tentu saja, selalu ada intermezo tentang kehidupan pribadi Mingke, percintaannya, yang slalu menarik untuk diikuti.

Umar kayam.
berbeda dengan pram. Umar k. menampilkan ceritanya dari sudut pandang seorang priyayi. yang mungkin kalau kita lihat settingnya, itu berada pada masa yang sama seperti cerita pram. tokoh2nya hanya tentang keluarga besar sastrodarsono dan lingkungan sekitarnya. yang menarik adalah. Umar K. lebih mengedepankan pesan moral dari ceritanya itu. dari kehidupan para priyayi yang dirintis dari seorang petani desa. dari sebuah keluarga yang sangat menjunjung adat jawa. yang bisa dibilang 'jawa banget'. dengan bahasanya yang ringan, ceritanya sangat menarik untuk dibaca. Lewat keluarga besar Sastrodarsono, lewat lantip, seorang anak yang sering dibilang anak haram, yang merupakan aib dari keluarga, Umar k. ingin menyampaikan bahwa, para priyayi yang benar adalah para priyayi yang bisa membawa dirinya, yang peduli dengan nasib orang banyak terutama orang kecil, yang berjiwa sosial. yang tak hanya memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan tapi juga yang memiliki kerendahan hati, kelembutan hati, dan penuh kasih terhadap rakyat kecil. Umar kayam lebih bertujuan untuk menyentuh hati setiap pembacanya lewat cerita tentang setiap tokoh keluarga sastrodarsono.

Tidak ada komentar: